Selasa, 13 September 2016

Firman Allah, Sabda Rasul Dan Ucapan Salafush Shaleh Tentang Bid'ah


Bid’ah ada dua macam yaitu yang menyangkut masalah duniawi dan yang menyangkut masalah keagamaan:
1. Bid’ah duniawi ada dua macam : bid’ah yang negatif, seperti bioskop, TV, Video dan sejenisnya yang dapat merusak akhlak dan membahayakan masyarakat. Bahaya tersebut terjadi akibat film-film yang ditampilkannya. Tapi ada bid’ah yang positif seperti pesawat terbang, mobil, telepon dan lain- sebagainya yang bermanfaat bagi masyarakat dan mempermudah  urusannya.

2. Bid’ah dalam bidang agama: yaitu sesuatu yang tidak pernah ada pada zaman Rasulullah dan para sahabat sesudahnya. Bid’ah ini dilakukan dalam ibadah dan agama. Bentuk bid’ah ini merupakan bentuk bid’ah yang ditolak oleh Islam dan dihukumkan dengan sesat. Allah ta'ala berfirman,“Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyari’atkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah.” (QS. Asy Syuura : 21).

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,"Barangsiapa melakukan suatu amalan tanpa ada dasar perintahnya dari kami, maka amalannya itu tidak diterima." (HR. Muslim).

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,"Waspadalah terhadap hal-hal yang baru, karena setiap hal yang baru itu bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat." (HR. Ahmad).

Rasulullah juga bersabda,"Sesungguhnya Allah menutup pintu taubat bagi setiap orang yang melakukan bid’ah sampai ia meninggalkannya." (HR. Thabrani dan yang lainnya).

Ibnu 'Umar radhiyallahu 'anhuma berkata: "Setiap bid’ah itu sesat, meskipun dianggap oleh manusia sebagai suatu kebaikan."

Imam Malik rahimahullah pernah berkata,"Barangsiapa yang mengadakan suatu bid’ah dalam Islam, lalu ia menganggapnya baik, maka berarti ia telah menuduh bahwa Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam telah melakukan pengkhianatan terhadap risalah Allah, karena sesungguhnya Allah berfirman,“Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku- cukupkan kepadamu ni’mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (QS. Al Ma'idah : 3).

Imam Syafi’i rahimahullah pernah berkata,"Barangsiapa yang melakukan istihsan berarti ia telah membuat syari'at, jika istihsan diperbolehkan dalam agama, tentu hal itu diperbolehkan juga bagi kaum ilmuwan yang tak beriman, dan diperbolehkan pula dilakukan dalam setiap masalah agama serta setiap orang dapat membuat syari'at baru bagi dirinya."

Ghadhif rahimahullah pernah berkata,"Suatu bid’ah tidak akan muncul kecuali ditinggalkannya sunnah."

Hasan Basri rahimahullah pernah mengatakan,"Janganlah engkau bersahabat dengan ahli bid’ah, karena akan menyebabkan hatimu sakit."

Hudzaifah berkata,"Setiap ibadah yang tidak dilakukan oleh para sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, janganlah engkau lakukan."

Maka sepantasnya bagi kita seorang muslim untuk mencukupkan diri dengan apa-apa yang telah datang dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan menahan diri dari sesuatu yang diada-adakan dalam masalah agama. Ini sebagai bentuk pengagungan terhadap sunnah Rasulullah dan upaya memurnikan agama Allah dari campur tangan pemikiran manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar