Senin, 31 Oktober 2016

Jauhi Perkara Ini, Niscaya Kita Akan Selamat

hati

Hadits ini merupakan salah satu landasan pokok dalam syari’at. Abu Daud berkata: Islam itu berkisar pada empat hadits, kemudian dia menyebutkan hadits ini salah satunya.

Dari Abu Abdillah Nu’man bin Basyir radhiallahuanhu dia berkata, Saya mendengar Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam bersabda,"Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas. Di antara keduanya terdapat perkara-perkara yang syubhat (samar-samar) yang tidak diketahui oleh orang banyak. Maka siapa yang takut terhadap syubhat berarti dia telah menyelamatkan agamanya dan kehormatannya. Dan siapa yang terjerumus dalam perkara syubhat, maka akan terjerumus dalam perkara yang diharamkan. Sebagaimana penggembala yang menggembalakan hewan gembalaannya di sekitar (ladang) yang dilarang untuk memasukinya, maka lambat laun dia akan memasukinya. Ketahuilah bahwa setiap raja memiliki larangan dan larangan Allah adalah apa yang Dia haramkan. Ketahuilah bahwa dalam diri ini terdapat segumpal daging, jika dia baik maka baiklah seluruh tubuh ini dan jika dia buruk, maka buruklah seluruh tubuh; ketahuilah bahwa dia adalah hati “. (Riwayat Bukhari dan Muslim).

Kandungan Hadits :
1. Termasuk sikap wara’5) adalah meninggalkan syubhat.
2. Banyak melakukan syubhat akan mengantarkan seseorang kepada perbuatan haram.
3. Menjauhkan perbuatan dosa kecil karena hal tersebut dapat menyeret seseorang kepada perbuatan dosa besar.
4. Memberikan perhatian terhadap masalah hati, karena padanya terdapat kebaikan fisik.
5. Baiknya amal perbuatan anggota badan merupakan pertanda baiknya hati.
6. Pertanda ketakwaan seseorang jika dia meninggalkan perkara-perkara yang diperbolehkan
karena khawatir akan terjerumus kepada hal-hal yang diharamkan.
7. Menutup pintu terhadap peluang-peluang perbuatan haram serta haramnya sarana dan cara kearah sana.
8. Hati-hati dalam masalah agama dan kehormatan serta tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat mendatangkan persangkaan buruk.

Minggu, 30 Oktober 2016

Proses Tahapan Penciptaan Manusia

janin bayi

Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud radiallahuanhu beliau berkata: Rasulullah
shallallahu`alaihi wa sallam  menyampaikan kepada kami dan beliau adalah orang yang benar dan dibenarkan: Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya sebagai setetes mani selama empat puluh hari, kemudian berubah menjadi setetes darah selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal daging selama empat puluh hari. Kemudian diutus kepadanya seorang malaikat lalu ditiupkan padanya ruh dan dia diperintahkan untuk menetapkan empat perkara: menetapkan rizkinya, ajalnya, amalnya dan celaka atau bahagianya. Demi Allah yang tidak ada ilah selain-Nya, sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli syurga hingga jarak antara dirinya dan syurga tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli neraka maka masuklah dia ke dalam neraka. Sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli neraka hingga jarak antara dirinya dan neraka tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli syurga maka masuklah dia ke dalam syurga. (Riwayat Bukhari dan Muslim).

Kandungan Hadist :

1. Allah ta’ala mengetahui tentang keadaan makhlukNya sebelum mereka diciptakan dan apa yang akan mereka alami, termasuk masalah bahagia dan celaka.

2. Tidak mungkin bagi manusia di dunia ini untuk memutuskan bahwa dirinya masuk syurga atau neraka, akan tetapi amal perbuatan merupakan sebab untuk memasuki keduanya.

3. Amal perbuatan dinilai di akhirnya. Maka hendaklah manusia tidak terpedaya dengan
kondisinya saat ini, justru harus selalu mohon kepada Allah agar diberi keteguhan dan akhir yang baik (husnul khotimah).

4. Disunnahkan bersumpah untuk mendatangkan kemantapan sebuah perkara dalam jiwa.

5. Tenang dalam masalah rizki dan qanaah (menerima) dengan mengambil sebab-sebab serta
tidak terlalu mengejar-ngejarnya dan mencurahkan hati karenanya.

6. Kehidupan ada di Tangan Allah. Seseorang tidak akan mati kecuali dia telah menyempurnakan umurnya.

7. Sebagian ulama dan orang bijak berkata bahwa dijadikannya pertumbuhan janin manusia dalam kandungan secara berangsur-angsur adalah sebagai rasa belas kasih terhadap ibu. Karena sesungguhnya Allah mampu menciptakannya sekaligus.

Sabtu, 29 Oktober 2016

Mengejutkan, Wedang Jahe Minuman Surga?

makanan surga

Setiap orang tentu merindukan untuk tinggal di dalam surga. Sebab, di dalam surga, terdapat begitu banyak kenikmatan yang akan diperoleh oleh penghuninya. Baik dari berbagai macam buah-buahan, makanan hingga minuman. Dan ada pula yang berasal dari bumi dapat kita temukan kembali di surga. Seperti halnya wedang jahe. Dalam sebuah tafsir Qur’an oleh Sayyid Kalam Faqih juga disebutkan bahwa kenikmatan-kenikmatan surga yang disebutkan Allah dalam Al-Qur’an merupakan hal-hal yang biasa dikenal manusia. Salah satunya adalah minuman segar yang dicampur dengan jahe, yang merupakan tanaman akar beraroma yang disukai orang Arab.

Dikatakan dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, “Di dalam surga itu mereka diberi minum segelas minuman yang campurannya adalah jahe,” (QS. Al-Insan ayat 17).

Jahe memang merupakan salah satu tanaman yang cukup berkhasiat bagi manusia. Tanaman ini mampu membuat tubuh terasa lebih hangat dan segar. Seseorang yang memiliki penyakit tertentu dapat disembuhkan melalui minuman yang diolah dengan campuran jahe di dalamnya.

Sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah, Dalam suatu riwayat dikatakan bahwa beliau menganjurkan umatnya untuk mengonsumsi jahe. Dan biasanya, beliau menggunakannya untuk pengobatan.

Jumat, 28 Oktober 2016

Bahaya, Jangan Bersumpah Dengan Nama Ini


Haram hukumnya bersumpah dengan makhluk, seperti Nabi, Ka’bah, amanat, tanggung jawab, anak, orang tua, kehormatan, seorang wali atau orang shaleh dan lain sebagainya. Hal ini adalah termasuk syirik Ashghar (kecil), karena mempersekutukan Allah dengan mengagungkan selain-Nya ketika bersumpah dengan namanya. Dan perbuatan semacam itu termasuk dosa besar yang wajib dilarang, ditinggalkan dan bertaubat darinya.

Baca juga : 14 Waktu Yang Di Sunnahkan Bershalawat

Tetapi sumpah dengan nama selain Allah bisa menjadi syirik akbar, jika orang yang bersumpah dengan wali atau orang shaleh umpamanya, mempunyai kepercayaan bahwa orang tersebut akan melakukan balas dendam kepadanya bila ia dusta dalam sumpahnya, karena dia telah mempersekutukan Allah dengan si wali atau orang shaleh dalam melakukan balas dendam dan mendatangkan mudharat.

Dalil dari larangan diatas adalah sebagai berikut :

1. “Janganlah kamu bersumpah dengan nama bapakmu. Barangsiapa yang bersumpah dengan nama Allah maka hendaknya ia berkata benar, barangsiapa diberi sumpah dengan nama Allah maka supaya menerima, dan barangsiapa yang tidak menerima maka terlepas dari Allah.” (Shahih, riwayat Ibnu Majah. Lihat Shahih Al Jami’ No. 7124).

2. “Janganlah kamu bersumpah dengan nama bapakmu, atau ibumu, atau sekutu-sekutu. Janganlah kamu bersumpah kecuali dengan nama Allah. Dan janganlah kamu bersumpah kecuali dengan berkata benar.” (Shahih, riwayat Abu Daud. Lihat Shahih Al Jami’ No. 7126).

3. “Barangsiapa bersumpah dengan nama selain Allah, maka ia telah berbuat syirik.” (Hadits shahih, riwayat Imam Ahmad dan periwayat lainnya).

Baca juga : 7 Orang Yang Tidak Bisa Mencium Bau Surga

4. “Barangsiapa melakukan sumpah yang diharuskan kepadanya (oleh penguasa) untuk mengambil harta kekayaan seorang Muslim, tetapi dia dusta, maka ketika berjumpa dengan Allah (pada hari kiamat) Dia akan murka kepadanya.” (Muttafaq Alaih).

5. “Barangsiapa bersumpah, lalu memandang lebih baik membatalkan sumpahnya, maka hendaklah ia mengambil yang lebih baik dan melaksanakan kaffarat atas sumpahnya itu.” (H.R; Muslim).

6. “Barangsiapa bersumpah, tetapi mengatakan: “Insya Allah”, maka jika dia mau, boleh melaksanakan sumpahnya; dan jika tidak, boleh tidak melaksanakan tanpa harus membayar kaffarat.” (Hadits Shahih, riwayat An-Nasa’i. Lihat Shahih Al Jami’ No. 6082).

7. Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu 'anhu berkata : “Bersumpah dengan nama Allah tapi ia dusta, lebih baik bagiku daripada bersumpah dengan selain nama Allah meskipun ia benar.”

8. “Barangsiapa di antara kamu bersumpah dengan menyebut nama Al-Latta dan Al-Uzza, maka hendaklah ia mengatakan: Laa Ilaaha Illallah.” Dan barangsiapa berkata kepada sahabatnya : “Mari kita berjudi”, maka hendaklah ia mensedekahkan sesuatu.” (Muttafaq Alaih).

9. “Barangsiapa bersumpah dengan (menyebut) agama selain Islam, sekalipun dusta, maka ia adalah sebagaimana yang dikatakannya.” (Muttafaq Alaih).

Maksudnya, apabila seorang muslim mengatakan bahwa jika ia berbuat demikian maka ia adalah orang Yahudi, atau Nasrani. Dalam masalah ini, apabila maksudnya mengagungkan hal itu adalah kafir. Tetapi apabila yang dimaksud hanyalah pengandaian, maka perlu diteliti, jika ia ingin menjadi seperti itu adalah kafir, tetapi jika ia ingin menjauhi hal yang demikian maka tidak kafir. (lihat Fathul Bari, jilid; 11, hal. 536).

Inilah 14 Waktu Mustajab Untuk Berdoa

berdoa

Allah Subhanahu wata'ala berfirman dalam Al Qur'an yang artinya,“Berdoalah kepada-Ku, niscaya Aku akan kabulkan doa kalian. Sungguh orang-orang yang menyombongkan diri karena enggan beribadah kepada-Ku, akan dimasukkan ke dalam neraka Jahannam dalam keadaan hina dina” (QS. Ghafir: 60).

Salah satu usaha agar doa kita dikabulkan oleh Allah Ta’ala adalah dengan memanfaatkan waktu-waktu tertentu yang dijanjikan oleh Allah bahwa doa ketika waktu-waktu tersebut dikabulkan. Diantara waktu-waktu tersebut adalah:

1. Pada hari Arafah
Hari Arafah merupakan hari dimana semua jama’ah haji melakukan wukuf di Arafah atau tanggal 9 Dzulhijjah. Pada hari Arafah, semua jama'ah disarankan berdoa sebanyak-banyaknya, tak terkecuali jama'ah yang tengah berhaji ataupun jamaah yang tidak tengah menunaikan ibadah haji. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,“Doa yang terbaik adalah doa ketika hari Arafah” (HR. At Tirmidzi).

2. Bulan Ramadhan
Pada shalat taraweh, setelah melaksanakan witir, dianjurkan untuk berdoa dengan mengucapkan, lafadz, "Subhanalmalikilquddus" sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Daud dari Ubay bin Ka’ab. Serta dianjurkan pula untuk mengucapkan kalimat itu sebanyak tiga kali sebagaimana disebutkan didalam riwayat an Nasai.

3. Hari Jum’at
“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menuturkan perihal hari Jumat lalu beliau bersabda: ‘Di dalamnya terdapat waktu. Jika seorang muslim berdoa ketika itu, pasti diberikan apa yang ia minta’. Lalu beliau mengisyaratkan dengan tangannya tentang sebentarnya waktu tersebut” (HR. Bukhari 935, Muslim 852 dari sahabat Abu Hurairah Radhiallahu’anhu).

4. Sepertiga Malam Terakhir
“Rabb kita turun ke langit dunia pada sepertiga malam yang akhir pada setiap malamnya. Kemudian berfirman: ‘Orang yang berdoa kepada-Ku akan Ku kabulkan, orang yang meminta sesuatu kepada-Ku akan Kuberikan, orang yang meminta ampunan dari-Ku akan Kuampuni‘” (HR. Bukhari no.1145, Muslim no. 758).

5. Di Antara Adzan dan Iqamat
“Sesungguhnya do’a yang tidak tertolak adalah do’a antara adzan dan iqomah, maka berdo’alah (kala itu).” (HR. Ahmad).

6. Ba'da (setelah) Shalat
Dari Abu Umamah, dia berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ditanya; wahai Rasulullah, doa apakah yang paling di dengar? Beliau berkata: "Doa di tengah malam terakhir, serta setelah shalat-shalat wajib." (HR. at-Tirmidzi).

7. Saat Turun Hujan
“Doa tidak tertolak pada 2 waktu, yaitu ketika adzan berkumandang dan ketika hujan turun” (HR Al Hakim, 2534, dishahihkan Al Albani di Shahih Al Jami’, 3078).

8. Hari Jum'at
“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menyebutkan tentang hari Jumat kemudian beliau bersabda: ‘Di dalamnya terdapat waktu. Jika seorang muslim berdoa ketika itu, pasti diberikan apa yang ia minta’. Lalu beliau mengisyaratkan dengan tangannya tentang sebentarnya waktu tersebut” (HR. Bukhari 935, Muslim 852 dari sahabat Abu Hurairah Radhiallahu’anhu).

9. Hari Rabu Antara Dzuhur dan Ashar
“Pada hari Rabu lah doanya dikabulkan, yaitu di antara shalat Dzuhur dan Ashar” (HR. Ahmad, no. 14603, Al Haitsami dalam Majma Az Zawaid, 4/15, berkata: “Semua perawinya tsiqah”, juga dishahihkan Al Albani di Shahih At Targhib, 1185).

10. Saat Perang Berkecamuk
“Doa tidak tertolak pada dua waktu, atau minimal kecil kemungkinan tertolaknya. Yaitu ketika adzan berkumandang dan saat perang berkecamuk, ketika kedua kubu saling menyerang” (HR. Abu Daud, 2540, Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Nata-ijul Afkar, 1/369, berkata: “Hasan Shahih”).

11. Saat Minum Air Zam-zam
“Khasiat Air Zam-zam itu sesuai niat peminumnya” (HR. Ibnu Majah, 2/1018. Dishahihkan Al Albani dalam Shahih Ibni Majah, 2502).

12. Saat Sujud Dalam Shalat
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,"Seorang hamba berada paling dekat dengan Rabb-nya ialah ketika ia sedang bersujud. Maka perbanyaklah berdoa ketika itu” (HR. Muslim, no.482).

13. Saat Adzan Berkumandang
“Doa tidak tertolak pada dua waktu, atau minimal kecil kemungkinan tertolaknya. Yaitu ketika adzan berkumandang dan saat perang berkecamuk, ketika kedua kubu saling menyerang” (HR. Abu Daud, 2540, Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Nata-ijul Afkar, 1/369, berkata: “Hasan Shahih”).

14. Saat Berbuka Puasa
‘”Ada tiga doa yang tidak tertolak. Doanya orang yang berpuasa ketika berbuka, doanya pemimpin yang adil dan doanya orang yang terzhalimi” (HR. Tirmidzi no.2528, Ibnu Majah no.1752, Ibnu Hibban no.2405, dishahihkan Al Albani di Shahih At Tirmidzi).

Kamis, 27 Oktober 2016

Perbedaan Kita Dengan Para Generasi Terbaik Umat Ini


Dari fenomena yang tampak pada saat ini, kita menyaksikan khutbah-khutbah, nasehat-nasehat, pelajaran-pelajaran banyak sekali, melebihi pada zaman para sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, tabi'in serta tabi'ut tabi'in. Namun bersamaan itu pula, amal perbuatan sedikit. Sering kali kita mendengarkan perintah Allah dan Rasul-Nya namun, sering juga kita tidak melihat ketaatan, dan sering kali kita mengetahuinya, namun seringkali juga kita tidak mengamalkan.

Inilah perbedaan antara kita dan sahabat-sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tabi'in dan tabi'ut tabi'in yang mereka itu hidup pada masa yang mulia. Sungguh pada masa mereka nasehat-nasehat, khutbah-khutbah dan pelajaran-pelajaran sedikit, hingga berkata salah seorang sahabat. "Artinya : Adalah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tatkala memberikan nasehat mencari keadaan dimana kita giat, lantaran khawatir kita bosan" [Muttafaqun 'Alaihi].

Di zaman para sahabat dahulu sedikit perkataan tetapi banyak perbuatan, mereka mengetahui bahwa apa yang mereka dengar dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam wajib diamalkan, sebagaimana keadaan tentara yang wajib melaksanakan komando atasannya di medan pertempuran, dan kalau tidak dilaksanakan kekalahan serta kehinaanlah yang akan dialami.

Allah subhanahu wata'ala berfirman yang artinya,"Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu'min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu'min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata" [QS. Al-Ahzab : 36].

Para sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dahulu, menerima wahyu Allah 'Azza wa Jalla dengan perantaraan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dengan sikap mendengar, taat serta cepat mengamalkan. Tidaklah mereka terlambat sedikitpun dalam mengamalkan perintah dan larangan yang mereka dengar, dan juga tidak terlambat mengamalkan ilmu yang mereka pelajari dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.

Demikianlah , sikap para sahabat Nabi dahulu tatkala menerima wahyu dari Allah 'Azza wa Jalla, adapun kita (berbeda sekali), tiap pagi dan petang telinga kita mendengarkan perintah-peritah serta larangan-larangan Allah dan Rasul-Nya, akan tetapi seolah-olah kita tidak mendengarkannya sedikitpun.

Hikmah Mengapa Manusia Tidak Mendengar Adzab Kubur

siksa kubur

Setiap muslim wajib meyakini bahwa ketika seorang manusia meninggal, maka ada dua keadaan yang akan dialaminya, apakah ia mendapat nikmat kubur ataukah siksa kubur. Salah satu siksaan yang dialami ahli kubur adalah dipukul karena  tidak  mampu  menjawab pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir, sama saja  apakah orang  kafir atau munafik. Dia akan dipukul dengan Mirzabah yakni pemukul atau palu dari besi.

Disebutkan dalam suatu  riwayat, kalau seluruh penduduk Mina berkumpul untuk  memikulnya maka mereka tidak mampu untuk memikulnya. Apabila dia dipukul maka akan  berteriak dengan teriakan yang terdengar oleh semua makhluk kecuali manusia.

Terkadang yang mendengarnya akan terpengaruh dengannya, sebagaimana  Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah melewati kuburan musyrikin dari atas keledainya, maka keledai tersebut lari menjauh, hampir melemparkan Beliau dikarenakan keledai tersebut mendengar  suara orang yang sedang diadzab. (HR. Muslim (2867) dari Zaid bin Tsabit radhiyallahu 'anhu).

Sedangkan manusia tidak mendengar teriakan tersebut karena beberapa hikmah:

1) Pertama seperti yang diisyaratkan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam,”Kalaulah seandainya kalian tidak saling menguburkan, niscaya aku akan berdo’a kepada Allah agar Allah memperdengarkan azab kubur kepada kalian”.(HR. Muslim dari Zaid bin Tsabit radhiyallahu 'anhu).

2) Dirahasiakannya hal tersebut untuk menutup rahasia/aib­aib  mayit.

3) Agar keluarganya tidak selalu bersedih, karena jika keluarganya mendengar mayit tersebut
sedang diadzab dan berteriak, maka mereka tidak akan tenang hidupnya.

4) Agar keluarganya tidak menanggung malu, karena manusia akan berkata :  inilah anakmu, inilah bapakmu, inilah saudaramu, dan sebagainya.

5) Sesungguhnya kita akan binasa karena suara teriakan tersebut sangatlah tidak  menyenangkan, bahkan suara tersebut dapat merontokkan jantung dari uratnya, maka manusia akan mati atau pingsan karenanya.

6) Kalau manusia dapat mendengar teriakan orang­orang yang diadzab, maka beriman  dengan adzab kubur merupakan keimanan terhadap sesuatu yang  nampak, bukan beriman dengan hal ghaib lagi, sehingga ketika itu tidak ada lagi manfaatnya ujian. Karena manusia itu akan beriman dengan segala sesuatu yang dia akan saksikan dengan pasti, manakala hal tersebut tidak nampak darinya. Dan mereka tidak akan mengetahuinya kecuali dengan jalan  pengabaran sehingga menjadi termasuk bab beriman dengan hal ghaib.

Rabu, 26 Oktober 2016

Keutamaan Berjalan Menuju Masjid

berjalan ke masjid

Allah telah memuliakan umat Nabi Muhammad shallallahu'alaihi wasallam di banding umat Nabi sebelumnya. Diantara keutamaannya adalah umat Nabi Muhammad shallallahu'alaihi wasallam adalah umat yang terakhir namun diakhirat kelak akan didahulukan dari pada umat yang lain. Selain itu, kelebihan yang diberikan oleh Allah pada umat ini adalah dengan amalan yang sedikit atau kecil namun pahala yang diberikan begitu besar. Namun terkadang kebanyakan umat ini tidak mau memanfaatkan kelebihan ini. Diantara amalan yang banyak ditinggalkan oleh kebanyakan kaum muslimin adalah shalat berjama'ah, padahal keutamaan berjalan menuju masjid sangat besar sekali pahalanya. Diantara pahalanya adalah :

Dihapusnya Dosa Dan Diangkat Derajatnya

“Siapa yang bersuci di rumahnya kemudian berangkat ke rumah Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban dari Allah (shalat), niscaya langkah-langkahnya yang satu akan menghapuskan kesalahan dan yang lainnya akan mengangkat derajat“ (HR.Muslim).

Allah Menyediakan Surga 

“Siapa yang segera berangkat ke masjid dan kemudian (setelah selesai shalat) keluar darinya niscaya akan Allah sediakan baginya suatu tempat di syurga setiap kali dia berangkat dan keluar dari masjid“ (HR.Bukhari).

Mendapatkan Pahala Ihram

“Siapa yang keluar dari rumahnya dalam keadaan suci untuk melakukan shalat fardhu, maka pahalanya bagaikan pahala orang yang sedang melakukan ihram“ (Shahih Abu Daud).

Mendapatkan Cahaya di Hari Kiamat

“Berikan kabar gembira kepada orang yang berjalan dalam kegelapan menuju masjid, yaitu bahwa mereka akan mendapatkan cahaya yang terang benderang pada hari kiamat“ (Shahih Ibnu Majah).

Setelah mengetahui besarnya pahala yang disediakan oleh Allah, apakah kita masih menyia-nyiakannya?

Selasa, 25 Oktober 2016

Ternyata Menyeru Dengan Seruan Ini, Terancam Api Neraka

jahiliyah

“Dia (Allah) telah menamai kalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al-Qur'an) ini.” (QS. Al-Hajj : 78).

Dan dari Al-Harits Al-Asy’ari, dia menceritakannya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,“Aku memerintahkan kalian dengan lima hal yang diperintahkan Allah kepadaku; (yaitu) untuk mendengar, untuk taat, untuk berjihad, untuk hijroh, dan untuk bersatu dengan al-jama’ah. Sesungguhnya barangsiapa yang meninggalkan al-jama’ah sejarak sejengkal, maka berarti telah melepaskan tali Islam dari lehernya, kecuali dia kembali. Dan barangsiapa yang menyeru dengan seruan jahiliyah, maka dia termasuk dari kumpulan penghuni neraka jahannam.”

Kemudian seseorang berkata kepada beliau, “Wahai Rosulullah, meskipun dia sholat dan puasa?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,“Meskipun dia sholat dan puasa. Maka serulah dengan seruan-seruan Allah yang memberi nama kalian (seperti) kaum muslimin, kaum mukminin, dan hamba-hamba Allah.” (HR. Ahmad, At-Tirmidzi. Beliau At-Tirmidzi berkata: Ini hadits hasan shohih).

Dan dalam Ash-shohih,“Barangsiapa yang meninggalkan al-jama’ah sejarak satu jengkal, maka jika dia mati, dia mati dengan cara jahiliyah.”

Dan di dalam Ash-Shohih,“Apakah kalian menyeru dengan seruan jahiliyah padahal aku berada di antara kalian?”

Berkata Abul ‘Abbas rohimahullah: “Setiap seruan yang keluar dari seruan Islam dan Al-Qur’an baik secara nasab, secara daerah, jenis, madzhab, atau thoriqoh maka itu termasuk penisbatan jahiliyah. Bahkan ketika seorang Muhajirin dan seorang Anshor saling bertengkar. Kemudian orang Muhajirin itu menyeru, “Wahai kaum Muhajirin tolonglah!” Kemudian orang Anshor itu menyeru, “Wahai orang-orang Anshor tolonglah!” Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Apakah kalian menyeru dengan seruan jahiliyah padahal aku berada di antara kalian?” Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat marah dengan ucapan tersebut.”

Hadits diatas merupakan peringatan dari seruan-seruan jahiliyah, seperti "wahai keluarga fulan, wahai orang-orang Mekkah, wahai orang-orang Nejed. Tetapi serukan “Wahai ahlut tauhid, wahai orang-orang yang beriman.” Semua mereka adalah saudara. Jika terjadi peperangan, mereka tidak menisbatkan, “Wahai keluarga fulan, wahai anak turunan qohthon, wahai bani ini, wahai bani itu.” Tidak. Mereka adalah satu. Kaum muslimin adalah satu. Mereka tidak boleh mendebat dengan seruan-seruan jahiliyah. Oleh karena itu ketika dikatakan, “Wahai muhajirin” Yang lain mengatakan, “Wahai Anshor” Maka nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Apakah dengan seruan-seruan jahiliyah (kalian menyeru) padahal aku masih ada di antara kalian?”

Maka wajib untuk menyeru dengan seruan-seruan Islam, seperti: “Wahai saudara-saudaraku, wahai kaum muslimin”, demikian ketika meminta pertolongan dan memberi semangat mereka untuk berperang dengan nama Islam dan dengan nama iman.

20 Keistimewaan Dan Keutamaan Hari Jum’at

shalat jumat

Banyak sekali keistimewaan dan keutamaan hari jum ah, di antaranya:

1. Hari jum'ah adalah hari yang t¢rbaik dalam sepekan di sisi Allah.
2. Pada hari itu Nabi Adam diciptakan.
3. Pada hari itu Nabi Adam dimasukkan surga.
4. Pada hari itu Nabi Adam dikeluarkan dan surga
5. Pada hari itu akan terjadi hari kiamat.

Hal tersebut berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam,"Sebaik-baik hari yang matahari terbit padanya adalah hari jum'at. Pada hari itu Adam diciptakan, pada hari itu dia dimasukknn surga , pada hari itu dia dikeluarkan darinya. Dan kiamat tidak akan terjadi kecuali pada hari jum'at." (HR. Muslim no: 854 dari Abu Hurairah).

6. Pada hari itu Nabi Adam diturunkan ke bumi.
7. Pada hari itu Nabi Adam diwafatkan oleh Allah.
8. Pada hari jum'at ada saat atau waktu di kabulkannya do'a.

Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Ahmad dengan sanad yang Hasan, bahwa Nabi bersabda,"Sesungguhnya hari jum'at adalah penghulu seluruh hari, dan hari itu di sisi Allah lebih agung dari pada hari raya adh-ha dan hari raya fithri. Pada hari itu ada lima p erkara: Allah telah menciptakan Adam pada hari itu; Allah telah menurunkan Adam ke bumi pada hari itu; Pada hari itu Allah mematikan Adam; Padanya ada satu waktu, yang seorang hamba tidak mohon sesuatu kepada Allah pada waktu itu kecuali Dia memberikannya, selama hamba tersebut tidak mohon sesuatu yang haram; Dan pada hari itu kiamat akan terjadi. Tidaklah malaikat yang dekat dengan Allah, tidaklah langit, tidaklah bumi, tidaklah angin, tidaklah gunung-gunung, tidaklah laut, kecuali semuanya takut pada hari jum'at." (Bahjatun Nazhirin II/319 pada fiqhul (pemahaman) hadits no: 1156).

9. Hari jum'at adalah `ied (hari raya) kaum muslimin yang datang setiap pekan. Sehingga diharamkan puasa hanya pada hari itu. Rasulullah bersabda,"Sesungguhnya hari jum'at adalah hari raya, maka janganlah kalian menjadikan hari raya kalian sebagai hari puasa kalian, kecuali kalau kalian berpuasa sebelumnya atau sesudahnya." (HR. Ahmad, Syeikh Ahmad Syakir berkata: "Isnadnya shahih". Al-Musnad XV/175, hadits: 8012)

10. Hari jum'at adalah yaumul maziid (hari tambahan), Allah menampakkan diri kepada kaum mukminin di surga. Sebagaimana tersebut pada hadits Anas yang panjang, yang di akhir hadits,"Maka tidaklah melebihi rindu mereka di surga daripada datangnya hari jum'at, agar mereka dapat tambah melihat Rabb mereka dan keagungan-Nya, oleh karena itulah (hari itu) dinamakan yaumul maziid." (HR. ath-Thabarani di dalam al-Ausath dan Ibnu Abi Syaibah. Al-Mundziri menyebutkannya di dalam at-Targhib wat Tarhib dan berkata: "Dengan isnad yang baik". Lihat Shahih at Targhib wat Tarhib I/175, hadits 694 oleh al-Albani).

11. Terlarang mengkhususkan malam jum'at untuk melakukan shalat malam. Sebagaimana sabda Nabi Janganlah kamu mangkhususkan malam jum'at dari malam-malam yang lain untuk melakukan shalat (malam)..(HR. Muslim no: 1144).

12. Disunnahkan membaca Surat As-Sajadah dan Al- Insan pada shalat subuh di hari jum'at. Sebagaimana dilakukan oleh Rasulullah. Tetapi hal ini tidak dilakukan terus menerus. Abu Hurairah berkata : Nabi biasa membaca "Alif Lam Mim tanziilus sajdata" (pada raka'at yang pertama, dan pada raka'at yang kedua) "Wa hal ataa 'alal insaani hiinun minad dahri" (HR. al-Bukhari no: 891, Muslim, ad-Darimi, Ibnu Majah (823), al-Baihaqi, ath-Thayalisi dan Ahmad. Tambahan dalam kurung pada Imam Muslim).

13. Keutamaan tabkiir (datang di awal waktu) menuju shalat jum 'at dan mandi janabat sebelumnya. Rasulullah bersabda,"Barangsiapa mandi janabat di hari jum'at kemudian pergi (menuju shalat jum'at di saat yang pertama -pen), maka seolah-olah dia berkurban seekor unta; dan barangsiapa pergi di saat yang kedua, maka seoah-olah dia b erkurban seekor sapi; dan barangsiapa pergi di waktu yang ketiga, maka seolah-olah dia b erkurban seekor kibasy (kambing) yang bertanduk; dan barangsiapa pergi di saat yang keempat, maka seolah-olah dia berkurban seekor ayam; dan barangsiapa pergi di saat yang kelima; maka seolah-olah dia berkurban sebutir telur. Maka apabila imam telah keluar, para malaikat datang mendengarkan dzikir (khotbah)." (HR. al-Bukhari no: 881)

14. Shalat jum'at menghapuskan dosa. Rasulullah bersabda,"Barangsiapa berwudhu' kemudian membaguskan wudhu'nya; lalu mendatangi jum'at lalu mendengarkan dan diam, niscaya diampuni (dosanya antara jum'ah itu dengan jum'ah yang lain, dan tambah tiga hari." (HR. Muslim no: 857, dari Abu Hurairah).

15. Keutamaan pahala jum'at yang berlipat-ganda. Rasululllah bersabda,"Barangsiapa ghassala (mengumpuli istrinya yang mewajibkannya mandi) pada hari jum'at, dan dia mandi, kemudian bersegera dan datang di waktu pagi, dan berjalan, tidak berkendaraan, mendekat pada imam dan mendengarkan, dan tidak berbuat sia-sia, pada setiap satu langkah dia mendapatkan (keutamaan pen) amalan setahun: pahala puasanya (setahun) dan shalatnya." (HR. Abu Dawud no: 345, an-Nasaai, at-Tirmidzi, Ibnu Majah, ad-Darimi, Ahmad, athThayalisi, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan lain-lain. Lihat Shahih Abu Dawud no: 333 dan al-Insyirah fi i Adaabin Nikah oleh Syeikh Abu Ishaq al-Huwaini, hal 56-57).

16. Disunnahkan memperbanyak shalawat untuk Nabi pada hari jum'at. Rasulullah bersabda,"Sesungguhnya di antara hari kalian yang paling utama adalah hari jum'at. Pada hari itu Adam diciptakan, pada hari itu beliau diwafatkan, pada hari itu an-nafkhah (tiupan terompet pada hari kiamat pada hari itu ash-sha'qah (kematian seluruh makhluk), oleh karena itu perbanyaklah shalawat untukku pada hari itu, karena sesungguhnya shalawat kalian itu akan disampaikan kepadaku. Para sahabat bertanya: "Wahai Rasulullah, bagaimana shalawat kami akan di sampaikan kepadamu padahal engkau telah menjadi tulang belulang (yakni : jasadmu telah hancur)? Maka beliau bersabda:"Sesungguhnya Allah telah mengharamkan atas bumi memakan jasad para Nabi" (HR. Ahmad, Abu Dawud no: 1047, an-Nasaai, Ibnu Hibban no: 550, Ibnu Majah no: 1085, Ibnu Khuzaimah no: 1733, al-Hakim, ad-Darimi, ath-Thabarani dalam Mu'jamul Kabir no:589. Lihat Silsilah ash-Shahihah no: 1527, Shahih al-Jami' no: 2208).

17. Keutamaan amalan-amalan shalih pada hari jum'at. Rasulullah bersabda,"Lima (perkara) barangsiapa yang mengamalka nnya pada satu hari niscaya Allah menulisnya di antara penghuni surga. Barangsiapa yang menjenguk orang sakit; menyaksi kan (melayat) jenazah; berpuasa hari itu; (Tentu saja puasanya tidak dikhususkan pada hari jum'at, tetapi mencocokinya dengan tanpa sengaja -red.) mendatangi shalat jum'ah; dan merdekakan budak." (HR. Ibnu Hibban dan dishahihkan al-Albani di dalam Shahih al-Jami' no: 3252).

18. Di antara tanda husnul khatimah, dan terhindar dari siksa kubur adalah meninggal pada malam jum'at atau siangnya. Rasulullah, bersabda,"Tidaklah di antara seorang muslim yang meninggal pada hari jum'at atau malam jum'at kecuali Allah meliharanya dari fi tnah kubur. (HR. Ahmad no: 6582, 6646 dan at-Tirmidzi, dan dikuatkan riwayat-riwayat dari Anas, Jabir bin Abdullah dan lainnya. Hadits ini dengan seluruh jalannya berderajat Hasan atau Shahih. Lihat Ahkamul Janaiz, hal: 35, oleh Syeikh al-Albani).

19. Disunnahkan membaca surat Al-Kahfi pada hari jum'at dan malamnya. Nabi bersabda,"Barangsiapa membaca surat Al-Kahfi pada hari jum'at niscaya cahaya meneranginya di antara dua jum'at." (HR. al-Baihaqi, al-Hakim, ad-Darimi, dan lainnya. Hadits ini Shahih dengan seluruh jalanjalan yang menguatkannya. Lihat Silsilah ash-Shahihah no: 2651, Irwa'ul Ghalil no: 626).

20. Khusus hari jum'at dibolehkan shalat sunnah pada tengah hari. Rasulullah bersabda,"Tidaklah seseorang mandi pada hari jum'at; bersuci semampunya; memakai minyaknya, atau memakai minyak wangi rumahnya; kemudian keluar, lalu tidak memisahkan antara dua orang; kemudian melakukan shalat yang ditakdirkan untuknya; kemudian diam apabila imam berbicara, kecuali diampuni (dosanya antara jum'at itu dengan jum'at yang lain."(HR. al-Bukhari no: 883).

Syaikh Salim al-Hilali berkata pada fiqhul (pemahaman) hadits ini: "Dibolehkannya (shalat) nafi lah (sunnah/tidak wajib) di pertengahan siang pada hari jum'at".(Bahjatun Nazhirin 11/115, hadits no: 828. Juga lihat Majmu' Fatawa Ibnu Taimiyah XXIH/205-209).

Minggu, 23 Oktober 2016

Istiqamah Sebab Keberhasilan di Dunia dan Keselamatan dari Azab Akhirat

istiqamah

Keburukan dan kemaksiatan bisa datang karena hati seseorang dalam keadaan lengah dari dzikir kepada Allah. Ibnul Qoyyim al-Jauziyah berkata, "Apabila hati seseorang itu lengah dari dzikir kepada Allah, maka setan dengan serta merta akan masuk ke dalam hati seseorang dan mempengaruhinya untuk berbuat keburukan. Masuknya setan ke dalam hati yang lengah ini, bahkan lebih cepat daripada masuknya angin ke dalam sebuah ruangan."

Oleh karena itu hati seorang mukmin harus senantiasa dijaga dari pengaruh setan ini. Yaitu, dengan senantiasa berada dalam sikap taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Upaya inilah yang disebut dengan Istiqamah.

Imam al-Qurtubi berkata, "Hati yang istiqamah adalah hati yang senantiasa lurus dalam ketaatan kepada Allah, baik berupa keyakinan, perkataan, maupun perbuatan." Lebih lanjut beliau mengatakan, "Hati yang istiqamah adalah jalan menuju keberhasilan di dunia dan keselamatan dari azab akhirat. Hati yang istiqamah akan membuat seseorang dekat dengan kebaikan, rezekinya akan dilapangkan dan akan jauh dari hawa nafsu dan syahwat. Dengan hati yang istiqamah, maka malaikat akan turun untuk memberikan keteguhan dan keamanan serta ketenangan dari ketakutan terhadap azab kubur. Hati yang istiqamah akan membuat amal diterima dan menghapus dosa."

Ada banyak cara untuk menggapai hati yang istiqamah ini. Di antaranya:

Pertama, meletakkan cinta kepada Allah di atas segala-galanya. Ini adalah persoalan yang tidak mudah dan butuh perjuangan keras. Karena, dalam kehidupan sehari-hari kita sering mengalami benturan antara kepentingan Allah dan kepentingan makhluk, entah itu kepentingan orang tua, guru, teman, saudara, atau yang lainnya. Apabila dalam kenyataanya kita lebih mendahulukan kepentingan makhluk, maka itu pertanda bahwa kita belum meletakkan cinta Allah di atas segala-galanya.

Kedua, membesarkan perintah dan larangan Allah. Membesarkan perintah dan larangan Allah harus dimulai dari membesarkan dan mengagungkan pemilik perintah dan larangan tersebut, yaitu Allah. Membesarkan perintah Allah di antaranya adalah dengan menjaga waktu salat, melakukannya dengan khusyu, memeriksa rukun dan kesempurnaannya serta melakukannya secara berjamaah.

Ketiga, senantiasa berzikir kepada Allah karena itulah perintah Allah dan Rasul-Nya sebagaimana yang disebutkan dalam hadis qudsi Allah berfirman, "Barangsiapa yang mengingat-Ku di dalam dirinya, maka Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Dan barang siapa yang mengingat-Ku dalam keramaian, maka Aku akan mengingat-Nya dalam keramaian yang lebih baik darinya." (HR Bukhari).

Keempat, Mempelajari kisah orang-orang saleh terdahulu. Hal ini diharapkan agar kita bisa mengambil pelajaran dari mereka. Bagaimana kesabaran mereka ketika menghadapi ujian yang berat, kejujuran mereka dalam bersikap, dan keteguhan mereka dalam mempertahankan keimanan. Sebagaimana firman Allah , " Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. al-Qur'an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. (QS. Yusuf : 111).

DR. Ahmad bin Yusuf al-Duraiwisy dalam bukunya al-Istiqamah menyebutkan beberapa rukun atau pondasi untuk membangun keistiqamahannya diantaranya keshalihan, keteguhan dalam sunnah dan jamaah, sikap pertengahan antara ekstrim dan menyepelekan, akhlak yang mulia, dan teman yang shalih.

Dalam kitab Haqiqatul iltizam-nya Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al Jibrien menambahkan beberapa hal yang diperhatikan untuk menjaga keistiqamahan diantaranya Berusaha mengamalkan Assunnah semampunya sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Dari Abdullah bin Amru bin Al Ash berkata : Rasulullah bersabda “Akan terjadi pada umatku apa yang terjadi pada bani Isra’il setapak demi setapak ,sampai kalau ada diantara mereka yang mendatangi ibunya dalam keadaan terbuka juga akan terjadi pada umatku seperti itu ,dan sesungguhnya bani Isra’il terpecah menjadi 72 golongan dan umatku akan terpecah menjadi 73 golongan semuanya di Neraka kecuali satu ,para sahabat bertanya :siapa mereka itu ya Rasulullah ? beliau menjawab“ siapa yang bisa seperti –Ku dan sahabat-Ku. [HR. At turmudzi no 2641 kitab Iman bab Iftiraqul ummah hadist ini punya syawahid yang banyak sebagaimana pada awal kitab AS-Syari’ah karangan Imam Al-Ajurriy).

Di samping itu seorang yang ingin tetap istiqamah harus banyak thalabul ilmu agar tidak terjebak kepada amaliyah yang tidak ada tuntunan syariahnya. Dari sinilah Imam Al-Bukhari menulis sebuah bab dalam kitabnya “Bab al’ilmu qabla alqaul wa’lamal” Juga berusaha menjauhi perbuatan maksiat atau hal yang tidak bermanfaat, Allah Azza wa Jalla berfirman,” Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah - Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengatahui. (QS. 3:135).

Yang dimaksud dengan al-ishrar (meneruskan perbuatan kejinya) dalam ayat diatas adalah “Seorang mengerjakan dosa kemudian menyepelekannya. (Syu’abul iman Imam Al Baihaqi no 7154).

Untuk menjaga keistiqamahan Syaikh Abu Mushab dalam kitabnya al- Ilmam fi Asbaab Dho’ fi al-Iltizam menyebutkan beberapa perbuatan yang bisa melemahkan keistiqamahan diantaranya lemahnya keikhlasan, kurangnya ilmu syar’i dan jauhnya dari ahli agama, futur, lemahnya muhasabah, sibuk dengan keluarga, al-Faudhawiyah (kesemrawutan), sibuk dengan aib orang lain, tidak menghargai waktu, bergaul dengan orang yang tidak baik, dan tidak mempunyai semangat dan harapan.

Akhirnya marilah senantiasa kita berdoa kepada Allah agar Dia memberikan kita
keistiqamahan hati di dalam agama-Nya.

Jumat, 21 Oktober 2016

Jilbab Punuk Unta Terancam Api Neraka

jilbab

Jilbab model punuk unta semakin hari tampak semakin jadi trend. Salah satu penyebab "booming" jilbab punuk unta ini adalah karena para artis mengenakannya, juga karena  model-model terbaru jilbab mendesainnya demikian.

Lihat saja di kampus-kampus, mal, pengajian, dan banyak tempat. Banyak Muslimah berjilbab dengan model punuk unta. Mereka menggulung rambutnya di bagian belakanh kepala, bahkan di bagian belakang-atas kepala, sehingga ada "benjolan" persis punuk unta.

Padahal, jilbab model punuk unta dilarang dalam Islam berdasarkan hadits sebagai berikut:

“Ada dua golongan penduduk neraka yang belum aku melihat keduanya, (1) Kaum yang membawa cemeti seperti ekor sapi untuk mencambuk manusia (maksudnya penguasa yang dzalim) dan (2) perempuan-perempuan yang berpakaian tapi telanjang, cenderung kepada kemaksiatan dan membuat orang lain juga cenderung kepada kemaksiatan. Kepala-kepala mereka seperti punuk-punuk unta yang berlenggak-lenggok. Mereka tidak masuk surga dan tidak mencium bau wanginya. Padahal bau wangi syurga itu tercium dari jarak perjalanan sekian dan sekian waktu (jaraknya jauh sekali).” (HR. Muslim dan yang lainnya).

Penafsiran yang masyhur makna “kepala-kepala mereka seperti punuk-punuk unta” adalah mereka membuat kepala mereka menjadi nampak besar dengan menggunakan kain kerudung atau selempang dan lainnya yang digulung di atas kepala sehingga mirip dengan punuk-punuk unta.

Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani dalam fatwanya menyatakan, seorang wanita mengumpulkan (menggelung/sanggul) rambutnya di atas lehernya dan di belakang kepalanya yang membentuk benjolan sehingga ketika wanita itu memakai hijab, terlihat bentuk rambutnya dari belakang hijabnya  adalah kesalahan yang terjadi pada banyak wanita yang memakai jilbab. Sesungguhnya hal ini menyelisihi syarat hijab yang telah kukumpulkan dalam kitabku “Hijab al-Mar’ah al-Muslimah minal Kitab was Sunnah”.

Di antara syarat-syarat tersebut adalah pakaian mereka tidak membentuk bagian tubuh atau sesuatu dari tubuh wanita tersebut, oleh karena itu tidak boleh bagi seorang wanita menggelung rambutnya dibelakang kepalanya atau disampingnya yang akan menonjol seperti itu, sehingga tampaklah bagi penglihatan orang, walaupun tanpa sengaja bahwa itu adalah rambut yang lebat atau pendek. Maka, wajib untuk mengurainya dan tidak menumpuknya. (Fatwa ‘Al-Lajnah Ad-Da’imah).

Semoga para Muslimah berjilbab segera menyadarinya dan segera mengubah gaya jilbabnya. Para perancang busana Muslimah juga hendaknya diberitahu dan menyadari agar merancang jilbab yang sesuai dengan syariat Islam. Wallahu a’lam.

Sabtu, 15 Oktober 2016

Perkataan Salaf Untuk Menghindari Banyak Makan

makan

Di antara sebab terbesar yang membantu seseorang untuk tetap giat menuntut ilmu, memahaminya, dan tidak jemu adalah memakan sedikit dari sesuatu yang halal. Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullah berkata:

“Aku tidak pernah kenyang semenjak 16 tahun lalu. Karena, banyak makan akan menyebabkan banyak minum, sedangkan banyak minum akan membangkitkan keinginan untuk tidur, menyebabkan kebodohan dan menurunnya kemampuan berpikir, lemahnya semangat, serta malasnya badan. Ini belum termasuk makruhnya banyak makan dari tinjauan syariat dan timbulnya penyakit jasmani yang membahayakan.”

Sebagaimana dikatakan dalam sebuah syair:
“Sesungguhnya penyakit, kebanyakan yang engkau lihat terjadi karena makanan atau minuman.”

Seandainya tidak ada keburukan dari banyak makan dan minum kecuali menyebabkan sering ke toilet, hal itu sudah cukup bagi orang yang berakal dan cerdas untuk menjaga diri darinya. Barangsiapa yang menginginkan keberhasilan dalam menuntut ilmu dan mendapatkan bekal hidup dari ilmu, namun disertai dengan banyak makan dan minum serta tidur, sungguh dia telah mengusahakan sesuatu yang mustahil menurut kebiasaan.

(Tadzkiratus Sami’ wal Mutakallim fi Adabil ‘Alim wal Muta’allim, hal. 73-74, Al-Imam Badruddin Muhammad bin Ibrahim bin Sa’dillah bin Jamaah Al-Kinani rahimahullah, dengan beberapa perubahan)

Sumber: Majalah Asy Syari’ah, No. 56/V/1431 H/2003, rubrik Permata Salaf

Jumat, 14 Oktober 2016

7 Tahapan Rintangan Setan Pada Manusia

tahap

Setan berkehendak mengalahkan manusia dengan tujuh rintangan. Sehingga rintangan ini lebih berat dari yang lainnya. Dia tidak akan beralih dari rintangan yang berat kepada yang di bawahnya, kecuali jika dia tidak mampu mengalahkan manusia pada rintangan tersebut. Tujuh rintangan ini adalah :

1. Rintangan Keka firan
Yaitu rintangan kepada Allah, agama-Nya, pertemuan dengan-Nya, sifat-sifat kesempurnaan-Nya, dan kepada apa yang diberitakan oleh para rasul dari-Nya. Jika setan dapat mengalahkan manusia pada rintangan ini, maka padamlah api permusuhannya, dan dia dapat beristirahat. Karena, jika manusia sudah ka fir, maka ia akan menemani setan di dalam neraka Jahannam, kekal selama-lamanya.

Allah berfi rman, yang artinya,"(Bujukan orang-orang muna fik kepada orang-orang kafi r itu adalah) seperti (bujukan) setan ketika ia berkata kepada manusia, "Ka firlah kamu". Maka tatkala manusia itu telah kafi r, ia berkata, "Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu, karena sesungguhnya aku takut kepada Allah, Rabb semesta Alam." Maka adalah kesudahan keduanya, bahwa sesungguhnya keduanya (masuk) ke dalam neraka, mereka kekal di dalamnya. Demikianlah balasan orang-orang yang zhalim. (QS. Al-Hasyr: 16-17).

Jika manusia dapat melewati rintangan ini dengan selamat, karena membawa cahaya keimanan, setanpun memburunya dengan tahapan selanjutnya.

2. Rintangan Bid'ah
Bid'ah ini dapat berupa aqidah (keyakinan) yang menyelisihi kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya. Atau berupa peribadatan yang tidak diizinkan oleh Allah. Atau berupa perkara lainnya yang termasuk cakupan agama. Imam Asy-Syathibi rahimahullah berkata,

Bid'ah adalah suatu jalan di dalam agama yang dibuat-buat, menyerupai syari'at. Meniti
jalan tersebut dengan niat berlebih-lebihan di dalam beribadah kepada Allah.
Atau, bid'ah adalah suatu jalan di dalam agama yang dibuat-buat, menyerupai syari'at.
Meniti jalan tersebut dengan niat sebagaimana meniti syari'at.

Menjerumuskan manusia ke dalam bid'ah lebih disukai setan daripada menjerumuskan manusia ke dalam maksiat. Karena bid'ah itu menentang agama, dan pelakunya tidak diharapkan bertaubat. Karena dia manganggap bid'ah itu sebagai kebenaran dan ibadah. Maka bagaimana mungkin seseorang diharapkan meninggalkan kebenaran dan ibadah? Telah masyhur perkataan Sufyan Ats-Tsauri tentang hal ini,

Bid'ah itu lebih disukai oleh iblis daripada maksiat. Terkadang orang bertaubat dari maksiat, tetapi (sulit diharapkan) orang bertaubat dari bid'ah.(Riwayat Al-Lalika'i, Al-Baghawi, Ibnul Jauzi, dan lainnya).

Jika manusia dapat selamat dari rintangan ini, berpegang teguh dengan cahaya Sunnah dan hakikat mengikuti Sunnah dengan sebenarnya, serta meniti jalan Salafush Shalih, maka setan memburunya dengan tahapan berikutnya.

3. Rintangan Dosa-dosa Besar
Jika setan telah berhasil menjerumuskan manusia ke dalam dosa-dosa besar, maka dia akan selalu menghias-hiasinya pada pandangan mata manusia. Bahkan setan berusaha menangguhkan keinginan manusia yang akan bertaubat.

Dia juga membukakan pintu irja' (murji'ah) kepadanya. Setan akan berkata kepadanya, Iman itu hanyalah keyakinan dalam hati, maka amalan itu tidak akan merusakkannya. Baik amalan kefasikan atau kemaksiatan. Jika hamba dapat melewati rintangan ini dengan penjagaan Allah dan dengan taubat nashuha, maka setan akan memburunya dengan rintangan selanjutnya.

4. Rintangan Dosa-dosa Kecil
Setan akan selalu menjadikan manusia meremehkan dosa-dosa kecil, sehingga dia akan terus menerus melakukannya. Padahal orang yang melakukan dosa besar, lalu ia takut kepada Allah, menyesali dosanya, dan bertaubat darinya, lebih baik daripada orang yang terus menerus melakukan dosa-dosa kecil.

5. Rintangan Perkara-perkara Yang Mubah
Setan akan berusaha menyibukkan manusia melakukan perbuatan-perbuatan mubah, sehingga lalai untuk memperbanyak ketaatan, dan tidak bersungguh-sungguh mencari bekal untuk akhiratnya.

Alangkah banyaknya manusia pada zaman ini yang telah tersungkur dengan rintangan setan ini, terjatuh ke dalam jurang kelalaian dan tidak pernah terlintas untuk menyiapkan bekal yang cukup untuk akhiratnya. Berapa banyak manusia menekuni ilmu dunia semata, mengabaikan ilmu agamanya?

Padahal jika manusia mengetahui nilai kenikmatan akhirat dan berbagai kesenangan yang telah disiapkan oleh Allah bagi orang-orang yang beriman dan beramal shalih, pastilah dia akan sangat menjaga waktunya, mengisi nafas-nafas hidupnya dengan amal-amal shalih dan berlomba-lomba meraih karuniaNya.

6. Rintangan Amalan-amalan Ketaatan Yang Tidak Utama
Ketika setan tidak berhasil merugikan manusia dengan rintangan-rintangan di atas, dan manusia tetap melakukan amalan-amalan shalih, maka setan berusaha menghalanginya dari kesempurnaan dan keutamaan amalan. Setan menjadikan manusia sibuk dengan amalan-amalan yang tidak utama, sehingga tidak mendapatkan yang utama. Sibuk dengan amalan yang dicintai Allah, sehingga tidak mendapatkan yang lebih dicintai. Sibuk dengan amalan yang sedikit pahalanya, sehingga tidak mendapatkan yang lebih besar pahalanya.

7. Rintangan Gangguan
Rintangan terakhir ini pasti akan menimpa manusia yang telah melewati semua rintangan di atas. Pada fase ini, setan mengerahkan bala tentaranya. Melakukan berbagai gangguan dengan tangan, lisan dan hati. Gangguan tersebut akan menimpa hamba sesuai dengan kadar keimanan dan kebaikannya. Semikin tinggi kedudukannya, semakin besar dan berat cobaan yang diterimanya.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, Dari Mush'ab bin Sa'd, dari bapaknya, ia berkata, Aku berkata, "Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling berat musibahnya?" Beliau mejawab, "Para nabi, kemudian yang lebih sebanding (dengan para nabi), kemudian yang lebih sebanding (dengan mereka)." (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad, Ad-Darimi, dan lain-lain)

Kamis, 13 Oktober 2016

Takut Yang Dibenarkan Dalam Syari'at Islam

islam

Takut kepada Allah yang sebenarnya dan yang terpuji adalah takut yang menghalangi pemiliknya dari apa-apa yang diharamkan oleh Allah dan mendorongnya untuk melaksanakan perintah-perintah-Nya. Rasulullah bersabda:

"Barangsiapa takut niscaya dia berangkat di waktu akhir malam, dan barangsiapa berangkat di waktu akhir ma lam niscaya dia mencapai tempat tujuan. Ketahuilah sesungguhnya barang dagangan Allah itu mahal, ketahuilah sesungguhnya barang dagangan Allah itu adalah surga." (Hadits Shahih dengan syahidnya, riwayat al-Bukhari di dalam at-Taariikh, at-Tirmidzi, al-Hakim, Abd bin Humaid, Al-Uqaili, al-Qudha'i dan Abu Nu'aim. Lihat Silsilah al Ahaadits ash-Shahihah no: 2335).

Imam Ibnu Abil `Izzi al-Hanafi berkata,"Seorang hamba wa jib untuk takut dan berharap (kepada Allah), dan sesungguhnya takut yang terpuji dan yang sebenarnya adalah yang menghalangi pemiliknya dari apa-apa ya ng diharamkan oleh Allah. Apabila (takut) itu melewati batas, dikhawatirkan dia terjatuh pada sikap putus asa." (Syarh al-Aqidah ath-Thahawiyah: 371, takhrij Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani, penerbit: al-Maktab al-Islami, cet: VII).

Syaikh Muhammad bin Shalih al 'Utsaimin ha zhahullah berkata,"Dan takut kepada Allah ada yang terpuji dan ada yang tidak terpuji. Yang terpuji adalah yang tujuannya / akhirnya akan menghalangimu dari maksiat terhadap Allah, yang mendorongmu untuk mengerjakan kewa jiban-kewajiban dan meninggalkan apa-apa yang diharamkan. Sedangkan yang tidak terpuji adalah yang membawa seorang hamba menjadi putus asa dari rahmat Allah, sehingga di saat itu hamba tadi menyesali (dirinya) dan patah semangat; bisa jadi dia terus-menerus menjalankan kemaksiatan karena keputus-asaannya yang kuat." (Syarh Tsalatsatul Ushul: 57, penerbit: Daar ats-Tsurayya, cet: III, tahun: 1417 H/ 1997 M).

Imam Ibnu Abil `Izzi al-Hanafi juga berkata,"Dan setiap orang, apabila engkau takut terhadapnya, niscaya engkau lari darinya, kecuali (takut) terhadap Allah Ta'ala, karena sesungguhnya apabila engkau takut terhadap-Nya, niscaya engkau lari kepada-Nya. Maka seseorang yang takut (kepada Allah) itu, dia lari dari Rabbnya menuju Rabbnya." (Syarh al-Aqidah ath-Thahawiyah: 372, takhrij Syeikh Muhammad Nashiruddin al-Albani, penerbit: al-Maktab al-Islami, cet: VII).

Sehingga takut seorang hamba yang sebenarnya kepada Allah itu tidak sebagaimana takutnya Iblis/setan kepada Allah. Karena setan itu juga takut kepada Allah, tetapi takutnya tidak mendorongnya untuk tunduk dan taat kepada-Nya, bahkan dia enggan dan sombong/takabbur untuk taat kepada-Nya. Allah ber firman:

"Dan ketika setan menjadikan mereka (orang-orang kafi r Quraisy-pen) memandang baik pekerjaan mereka, dan mengatakan: "Tidak ada seorang manusiapun yang dapat menang terhadap kamu pada hari ini dan sesungguhnya saya ini adalah pelindungmu". Maka tatkala kedua pasukan itu telah dapat saling lihat-melihat (berhadapan pada perang Badar-pen), setan itu balik ke belakang seraya berkata: "Sesungguhnya saya berlepas diri dari kamu, sesungguhnya saya dapat melihat apa yang kalian tidak dapat melihat, sesungguhnya saya takut kepada Allah."Dan Allah sangat keras siksa-Nya. (QS. Al- Anfal : 48).

Juga fi rman-Nya, (Bujukan orang-orang Manafi k itu adalah) seperti (bujukan) setan ketika dia berkata kepada manusia: "Kafi rlah kamu", maka tatkala manusia itu telah ka fir, setan berkata: "Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu, karena sesungguhnya aku takut kepada Allah, Rabb semesta alam." (QS. Al Hasyr : 16).

Dan setan termasuk golongan orang-orang ka fir karena dia enggan dan takabbur untuk mentaati Allah, walaupun dia juga takut kepada-Nya sebagaimana ayat-ayat di atas. Allah berfi rman,"Dan (ingatlah) ketika Kami berfi rman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam", maka merekapun sujud kecuali Ibiis, dia enggan dan takabbur dan dia termasuk golongan orang-orang yang kafi r. (QS. AI Baqarah : 34).

Demikianlah takut yang sebenarnya kepada Allah, yang mendorong untuk menjalankan perintah-perintah-Nya, meninggalkan larangan-larangan-Nya dan bersegera menjalankan berbagai kebaikan. Allah memuji kepada orang yang mempunyai rasa takut semacam ini. Dia berfi rman,"Sesungguhnya orang yang berhati-hati karena takut (terhadap siksa) Rabb mereka. Dan orang -orang yang beriman terhadap ayat-ayat Rabb mereka. Dan orang-orang yang tidak mempersekutukan (sesuatupun)dengan Rabb mereka, Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Rabb mereka. Mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya." (QS. Al-Mukminun : 57 -61).

Di dalam kitab Musnad Imam Ahmad dan Sunan at-Tirmidzi dari Aisyah siapa yang berkata:
Aku bertanya kepada Rasulullah tentang ayat ini. (Dan orang-orang yang membersihkan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut) (QS. Al-Mukminun: 60), apakah mereka adalah orang-orang yang berzina, minum khamr dan mencuri?". Beliau menjawab: "Tidak wahai (Aisyah) anak ash-Shidiiq, akan tetapi mereka adalah orang-orang yang berpuasa, melaksanakan shalat, bershadaqah dan mereka khawatir (amalan mereka) tidak diterima." (Lihat al-Ahaadits ash-Shahihah no: 162).

Al-Hasan berkata,"Mereka telah beramal -demi Allah- dengan semua ketaatan-ketaatan dan mereka telah bersunggah-sungguh padanya, serta mereka takut (seandainya amalan-amalan mereka) ditolak. Sesungguhnya seorang mukmin itu menggabungkan antara berbuat baik dengan takut (tidak di terima amalannya), sedangkan orang munafi k menggabungkan antara berbuat buruk dengan (merasa) aman (dari siksa Allah)."

Dan fi rman-Nya,"Orang-orang laki-Iaki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak pula oleh jual-beli dari mengingat Allah, dan (dari) mendirikan shalat, dan (dari) membayarkan zakat. Dan mereka takut terhadap suatu hari yang (pada hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang. (QS. An-Nur: 37).

Rabu, 12 Oktober 2016

Inilah Rasa Takut Yang Tidak Dibenarkan Dalam Islam

takut

Setiap manusia pasti mempunyai rasa takut dalam dirinya. Ketahuilah bahwasanya rasa takut itu ada yang dibenarkan dalam syari'at, adapula rasa takut yang tercela atau tidak dibenarkan dalam syari'at. Rasa takut yang tercela dan tidak dibenarkan oleh syari'at antara lain:

1. Khauf Sirri (I'tiqadi )

Yaitu seseorang takut kepada selain Allah (baik kepada patung, berhala, orang yang telah mati, mayat yang dikubur, thaghut, makhluk yang tidak ada di hadapannya dari jin ataupun manusia, tempat-tempat/barang-barang yang dikeramatkan, dll) akan menimpakan bencana secara sirr (rahasia). Sebagaimana fi rman Allah yang menghikayatkan perkataan kaum Nabi Huud.

Baca juga : Kisah Nyata, Inilah Akibatnya Jika Anda Mendahului Gerakan Imam

"Kami tidak mengatakan melainkan bahwa sebagian sesembahan kami telah menimpakan penyakit gila atas dirimu. Huud menjawab: "Sesungguhnya aku menjadikan Allah sebagai saksiku, dan saksikanlah olehmu sekalian bahwa sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan dari selain-Nya, sebab itu jalankanlah tipudayamu semuanya terhadapku dan janganlah kamu memberi tangguh kepadaku." (QS. Huud : 54-55).

Juga fi rman-Nya tentang sikap orang-orang kafirr terhadap Rasulullah,"Bukankah Allah cukup untuk melindungi hamba-hamba-Nya? Dan mereka (orang-orang kafi r) mempertakuti kamu dengan (sesembahan-sesembahan) yang selain Allah. Dan siapa yang disesatkan Allah maka tidak ada seorangpan pemberi petunjuk baginya." (QS. Az-Zumar : 36).

Khauf sirr ini termasuk dosa yang besar, bahkan termasuk syirik akbar (syirik besar) yang mengeluarkan seseorang dari agama Islam. Rasa takut seperti ini dewasa ini terjadi di kalangan para penyembah kubur, tempat-tempat/barang-barang keramat dan lainnya. Mereka takut kepadanya dan mereka menakut-nakuti dengannya kepada para ahlu tauhid tatkala para ahlu tauhid itu memperingatkan peribadahan mereka yang batil dan pemerintahkan untuk mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allah saja.

2. Khauf  'Amali

Yaitu seseorang meninggalkan sesuatu / amalan yang wajib atau melakukan sesuatu / amalan yang haram karena takut kepada manusia. Hal ini termasuk jenis syirik ashghar (syirik kecil) yang meniadakan kesempurnaan tauhid. Dan inilah yang menyebabkan turunnya fi rman Allah :

"..(Yaitu) Orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan,"Sesungguhnya manusia (yaitu orang Quraisy) telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka", maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi penalong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung". (QS. Ali 'Imran: 1 73).

Juga Rasulullah bersabda, "Janganlah salah seorang dari kalian menghinakan dirinya, yaitu jika dia melihat satu perkara yang menjadi hak Allah dan menjadi kewajibannya dibicarakan, kemudian dia tidak mengatakannya. Maka Allah akan bertanya(kepadanya pada hari Kiamat): "Apa yang menghalangimu untuk mengatakannya?", kemudian dia akan menjawab: "Rabbku, aku takut kepada manusia". Maka Allah barkata: "Hanya Akulah yang paling berhak engkau takuti". (HR. Ahmad III/27,29,77, Ibnu Hibban no:1845 dan Ibnu Majah no: 4008, dishahihkan oleh al-Albani di dalam Shahih al-Jami' no: 1814).

3. Takut Secara Khayalan

Syeikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di berkata: "Dan jika takut itu adalah takut secara khayalan, seperti takut tanpa sebab mendasar atau takut dengan sebab yang lemah, maka ini adalah takut yang tercela, yang menjadikan pelakunya termasuk orang-orang yang penakut. Rasulullah telah mohon perlindungan kepada Allah dari sifat penakut ini, karena termasuk akhlaq yang buruk. Dengan demikian keimanan yang sempurna, tawakkal dan sifat pemberani akan menolak jenis sifat penakut ini." (al-Qaulus Sadid, hal: 117).

Selasa, 11 Oktober 2016

Inilah Malaikat Yang Menjaga Manusia

malaikat

Tahukah kamu bahwa di sekitar kita ada malaikat yang senantiasa menjaga kita? Manusia cenderung untuk berjalan ke dalam bahaya setiap hari. Namun demikian Allah menugaskan para malaikatnya untuk menjaganya dari bahaya dalam kehidupan ini yang telah Allah tetapkan baginya. Dan bumi ini, yang dilalui manusia setiap hari, mengandung banyak bahaya. Ada binatang buas, ular, kalajengking, belum lagi orang-orang jahat dari kalangan manusia – musuh dan orang-orang dzalim.

Baca juga : Inilah Golongan Dalam Islam Yang Paling Selamat

Akan tetapi, Allah telah menempatkan para malaikat ini di sekitar manusia. Allah berfirman:
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah” (QS. Ar-Ra’d : 11).

Oleh karena itu, selama Allah telah menetapkan keselamatan dari bahaya, para malaikat ini akan melindungi dan menjaganya, dan tidak ada manusia yang dapat membahayakan dirinya. Namun jika Allah berkehendak mengakhiri ajalnya, Dia menarik malaikat para malaikat itu darinya – satu dari depannya dan satu dari belakangnya.

“Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada
pelindung bagi mereka selain Dia.” (QS Ar-Ra’d : 11).

Jika ketetapan telah datang dan Allah berkehendak mengakhiri kehidupan seseorang, para malaikat yang senantiasa bersamanya menarik diri darinya karena mereka tidak menahan diri dari melaksanakan perintah Allah. Inilah para malaikat yang senantiasa mengelilingi
seseorang.

Senin, 10 Oktober 2016

Larangan Memohonkan Ampunan Untuk Orang Kafir, Musyrik atau Munafik Akbar

berdoa

"Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabatnya, sesudah jelas bagi mereka bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka Jahannam. (QS. at-Taubah : 114).

Larangan memohonkan ampunan itu juga berlaku bagi orang yang keluar dari Islam karena kemunafikan akbar. Munafik akbar adalah seorang yang tidak ada keimanannya sama sekali, namun ia tampakkan seakanakan ia beriman dan berada di barisan kaum mukminin.

Baca juga: Ancaman Bagi Orang Yang Mendatangi Dukun

Suatu ketika, seorang tokoh munafiq akbar: Abdullah bin Ubay meninggal dunia. Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam beranjak akan menshalatkan. Begitu tingginya kualitas akhlaq dan kasih sayang Rasul kepada umatnya, meski semasa hidup Abdullah bin Ubay senantiasa melancarkan kata-kata kekafiran dan menampakkan tanda-tanda kemunafikan.

Umar kemudian bertanya: Wahai Rasulullah, apakah anda akan menshalatinya, padahal Allah telah melarangnya. Wahai Rasulullah, apakah engkau akan menshalati musuh Allah yang telah mengucapkan kata-kata demikian dan demikian (Umar menyebutkan contoh- contoh kebiadaban ucapan Abdullah bin Ubay  di masa lalu dalam menyerang Islam). Rasul tersenyum dan berkata: "Wahai Umar, Allah tidak melarang, tapi memberikan pilihan kepadaku:

“Kamu memohonkan ampun bagi mereka atau tidak kamu mohonkan ampun bagi mereka (adalah sama saja). Kendatipun kamu memohonkan ampun bagi mereka 70 kali, namun Allah tidak akan memberikan ampun kepada mereka... (QS. at-Taubah : 80).

Rasul kemudian menyatakan: "Aku akan menambah jumlah istighfarku untuknya lebih dari 70 kali , semoga dengan itu ia diampuni." Kemudian Rasul mensholatinya. Tidak berapa lama setelah selesainya shalat jenazah, turunlah firman Allah yang memberikan keputusan tegas bahwa tidak boleh ada lagi shalat jenazah ataupun permintaan istighfar bagi orang munafik akbar:

"Dan janganlah engkau mensholati seorangpun di antara mereka yang meninggal dan janganlah engkau berdiri (mendoakan ampunan) di kuburannya." (QS. at-Taubah : 84).

Minggu, 09 Oktober 2016

4 Kaidah Dasar Memahami Tauhid


tauhid

Ketahuilah, bahwa sesunguhnya tujuan diciptakannya manusia adalah beribadah kepada Allah secara ikhlas dalam melaksanakan ibadah kepada-Nya. Allah berfirman artinya: "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku. (QS. Adz-Dzariyaat : 56).

Dan bila Anda telah tahu bahwasanya Allah menciptakanmu untuk beribadah kepada-Nya, maka ketahuilah bahwa ibadah tidak disebut ibadah kecuali bila disertai dengan tauhid. Sebagaimana shalat, tidaklah disebut shalat bila tidak disertai dengan bersuci. Bila ibadah dicampuri syirik, maka rusaklah ibadah itu, sebagaimana rusaknya shalat bila disertai adanya hadats (tidak suci).

Oleh karena itu, perlu dipahami bahwa ibadah yang bercampur dengan kesyirikan akan merusak ibadah itu sendiri. Dan ibadah yang bercampur dengan syirik itu akan menggugurkan amal sehingga pelakunya menjadi penghuni neraka, Allah berfirman [artinya]: "Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar." (QS. An Nisaa': 48).

Kemurnian ibadah akan mampu dicapai bila memahami 4 kaidah yang telah Allah nyatakan dalam firman-Nya:

Kaidah Pertama

Engkau harus mengetahui bahwa orang-orang kafir yang diperangi oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, mereka meyakini bahwa Allah sebagai Pencipta, Pemberi rizki, Yang menghidupkan, Yang mematikan, Yang memberi manfa'at, Yang memberi madharat, Yang mengatur segala urusan (tauhid rububiyah). Tetapi semuanya itu tidak menyebabkan mereka sebagai muslim.

 Allah berfirman: "Katakanlah: 'Siapa yang memberi rizki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapa yang kuasa [menciptakan] pendengaran dan penglihatan, dan siapa yang mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dan siapa yang mengatur segala urusan?' Maka mereka akan menjawab:'Allah'. Maka katakanlah:'Mengapa kamu tidak bertakwa [kepada-Nya]." (QS. Yunus : 31).

Kaidah Kedua

Mereka (musyrikin) berkata :"Kami tidak berdo'a kepada mereka (Nabi, orang-orang shalih dll) kecuali agar bisa mendekatkan kepada Allah dan mereka nantinya akan memberi syafa'at. Maksud kami kepada Allah, bukan kepada mereka. Namun hal tersebut dilakukan dengan cara melalui syafaat dan mendekatkan diri kepada mereka".

Dalil tentang mendekatkan diri yaitu firman Allah [artinya]:"Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata):"Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya".

Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar" (QS. Az-Zumar : 3).

Adapun dalil tentang syafa'at yaitu firman Allah [artinya]:"Dan mereka menyembah selain Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak pula kemanfa'atan, dan mereka berkata:"Mereka itu adalah pemberi syafa'at kepada kami di sisi Allah". Katakanlah:"Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya di langit dan tidak [pula] di bumi" Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka mempersekutukan [itu]." (QS. Yunus : 18).

Kaidah Ketiga

Sesungguhnya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menerangkan kapada manusia tentang macam-macam sistem peribadatan yang dilakukan oleh manusia. Diantara mereka ada yang menyembah matahari dan bulan, diantara mereka ada pula yang menyembah orang-orang shaleh, para malaikat, para wali, pepohonan, dan bebatuan. Mereka semua diperangi oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, dalilnya adalah firman Allah [artinya]: "Dan perangilah mereka sehingga tidak ada lagi fitnah, dan dien ini menjadi milik Allah semuanya."(QS. Al-Baqarah : 193).

Dalil larangan beribadah kepada orang-orang shaleh adalah: "Katakanlah:'Panggillah mereka yang kamu anggap selain Allah, maka mereka tidak akan mempunyai kekuasaan untuk menghilangkan bahaya daripadamu dan tidak pula memindahkannya'. Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Rabb mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat [kepada Allah] dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya; sesungguhnya azab Rabbmu adalah sesuatu yang [harus] ditakuti. (QS. Al-Isra : 56-57).

Adapun dalil tentang larangan penyembahan terhadap pepohonan, bebatuan adalah hadits Abi Waqid Al-Laitsi, dia berkata: " Kami keluar bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menuju Hunain. Kami adalah para pemuda yang telah mengenal bentuk-bentuk kesyirikan. Orang-orang musyrik mempunyai tempat duduk untuk beristirahat dan menggantungkan senjata. Tempat itu dikenal sebagai Dzatu Anwath. Lalu kami melalui pohon bidara dan [sebagian] kami mengatakan: "Wahai Rasulullah, buatlah bagi kami Dzatu Anwath seperti yang mereka (musyrikin) miliki. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Allahu Akbar, itu adalah assunnan (jalan), kamu kamu telah mengatakan -demi dzat yang menguasai diriku- sebagaimana yang telah dikatakan oleh Bani Israel kepada Musa, "Hai Musa, buatlah untuk kami sebuah ilah (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa ilah (berhala)". Musa menjawab: "Sesungguhnya kamu ini adalah kaum yang bodoh". Sesungguhnya mereka itu akan dihancurkan kepercayaan yang dianutnya dan akan batal apa yang selalu mereka kerjakan. Musa menjawab:"Patutkah aku mencari Ilah untuk kamu yang selain dari pada Allah, padahal Dialah yang telah melebihkan kamu atas segala umat." (QS. Al-A'raf : 138-140).

Kaidah Keempat

Sesungguhnya kaum musyrik zaman kita labih parah kesyirikannya dibanding musyrikin zaman dahulu, sebab musyrikin zaman dahulu, mereka berdo'a secara ikhlas kepada Allah ketika mereka ditimpa bahaya, akan tetapi mereka berbuat syirik ketika mereka dalam keadaan senang. Sedangkan orang-orang musyrik zaman sekarang, mereka terus menerus melakukan perbuatan syirik, baik dalam bahaya maupun ketika sedang senang, hal ini sebagaimana diterangkan Allah dalam Al-Qur'an:

"Maka apabila mereka naik kapal mereka berdo'a kepada Allah dengan memurnikan keta'atan kepada-Nya, maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka [kembali] mempersekutukan [Allah], agar mereka mengingkari nikmat yang telah Kami berikan kepada mereka dan agar mereka (hidup) bersenang-senang [dalam kekafiran]. Kelak mereka akan mengetahui [akibat perbuatannya]." (QS. Al-Ankabut : 65-66).

Kamis, 06 Oktober 2016

14 Waktu Yang Di Sunnahkan Bershalawat

Bershalawat

Secara umum shalawat untuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ada dua:

Pertama, shalawat mutlak

Itulah shalawat yang dikerjakan di setiap kesempatan, tanpa batas waktu dan tempat tertentu. Kita dianjurkan untuk banyak membaca shalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagaimana yang Allah firmankan,

“Sesungguhnya Allah dan malaikatnya bershalawat kepada nabi, wahai orang-orang yang beriman bershalawatlah kalian kepadanya dan juga ucapkanlah salam untuknya.” (Qs. Al- Ahzab: 56).

Semakin banyak shalawat yang kita lantunkan, sebakin besar peluang untuk mendapat keistimewaan di sisi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dalam sebuah hadis, beliau bersabda' “Orang yang paling dekat dariku pada hari kiamat adalah yang paling banyak bershalawat kepadaku.” (HR. At-Tirmidzi, dan dihasankan Al-Albani).

Kedua, shalawat muqayad

Itulah shalawat yang dikerjakan pada kesempatan khusus, baik dikerjakan pada waktu tertentu atau ketika melakukan amal tertentu. Ada sekitar 13 keadaan, dimana kita dianjurkan untuk membaca shalawat:

Ketika tasyahud awal atau akhir

Shalawat pada saat tasyahud awal hukumnya dianjurkan, sedangkan ketika tasyahud akhir hukumnya wajib. Dari Ka’ab bin Ujrah, bahwa para sahabat pernah bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang tata cara shalawat ketika shalat. Beliau menjawab, ‘Ucapkanlah:

“Ya Allah, bershalawatlah kepada Muhammad dan keluarganya sebagaimana engkau telah bershalawat kepada Ibrahim dan keluarganya, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Luas, Ya Allah, berkahilah Muhammad dan keluarganya sebagaimana Engkau telah memberkahi ibrahim dan keluarganya, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Luas.” (Muttafaqun ‘alaihi).

Ketika selesai adzan

Dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila kalian mendengar muadzin, jawablah adzannya. Kemduian bacalah shalawat untukku. Karena orang yang membaca shalawat untukku sekali maka Allah akan memberikan shalawat untuknya 10 kali.” (HR. Muslim).

Ketika hari jumat

Sejak malam hari jumat, sampai selesai siang hari jumat, kita dianjurkan memperbanyak membaca shalawat. Dari Aus bin Aus, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya hari yang paling mulia adalah hari jumat. Pada hari ini, Adam diciptakan… karena itu, perbanyaklah membaca shalawat untukku. Karena shalawat kalian ditunjukkan kepadaku.” (HR. Nasa’I, Abu Daud, Ibn Majah, dan dishahihkan Al-Albani).

Setiap pagi dan sore

Setiap pagi dan sore, kita dianjurkan membaca shalawat minimal 10 kali. Dari Abu Darda’ radliallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang memberikan shalawat kepadaku ketika subuh 10 kali dan ketika sore 10 kali maka dia akan mendapat syafaatku pada hari qiyamat.” (HR. At Thabrani dan dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al-Jami’).

Ketika di Majlis

Ketika kita kumpul bersama banyak orang untuk memperbincangkan sesuatu, jangan lupa diselai dengan shalawat. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika ada sekelompok kaum yang duduk bersama dan tidak mengingat Allah serta tidak memberi shalawat kepada nabi mereka maka itu akan menjadi bahan penyesalan baginya. Jika Allah berkehendak, Allah akan menghukum mereka, dan jika Allah berkehendak, Dia akan mengampuni mereka.” (HR. Ahmad, Turmudzi, dan dishahih Syuaib Al-Arnauth).

Ketika menyebut Nama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

Ketika menyebut nama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, atau mendengar nama atau gelar beliau disebut, kita dianjurkan untuk membaca shalawat. Dari Abu hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Celakalah orang yang ketika namaku disebut, dia tidak bershalawat untukku.” (HR. turmudzi, dan dinilai hasan sahih oleh Al-Albani).

Dari Husain bin Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Orang yang bakhil adalah orang yang ketika namaku disebut, dia tidak bersjalawat untukku.” (HR. Ahmad dan sanadnya dinilai kuat oleh Syuaib Al-Arnauth).

Ketika berdoa

Mulailah doa anda dengan memuji Allah dan bershalawat untuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dengan harapan, doa anda bisa mustajab. Umar bin Khattab mengatakan,"Sesungguhnya doa itu terkatung-katung antara langit dan bumi, dan tidak bisa naik, sampai dibacakan shalawat untuk Nabi kalian shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Turmudzi dan dihasankan Al-Albani).

Dari Ahmad bin Abi Hawari, bahwa beliau mendengnar Abu Sulaiman Ad-Darani menasehatkan, Siapa yang ingin memohon kepada Allah sesuatu, hendaknya dia mulai dengan bershalawat untuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian baru mengajukan doanya. Dan akhiri juga dengan shalawat untuk beliau. Karena shalawat untuk nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam statusnya maqbul, dan Allah Maha Pemurah, sehingga tidak akan menolak doa yang dibaca di antara dua shalawat.

Ketika masuk dan keluar masjid

Doa ini dibaca bersamaan dengan doa masuk masjid. Dari Abu Usaid radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila kalian masuk masjid maka berilah salam untuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian baca: Allahummaf-tahlii abwaaba rahmatik. Dan ketika dia keluar, hendaknya dia membaca: Allahumma inni as-aluka min fadhlik.” (HR. Abu Daud dan dishahihkan Al-Albani).

Dari Fatimah radhiyallahu ‘anha, beliau menceritakan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila masuk masjid, beliau membaca shalawat dan salam untuk Muhammad, kemudian beliau berdoa: Rabbigh fir-lii dzunuubi…” (HR. Turmudzi dan dishahihkan Al-Albani).

Takbir kedua ketika shalat jenazah

Shalawat disyariatkan untuk dibaca ketka takbir kedua shalat jenazah. Imam As-Sya’bi mengatakan, “Takbir pertama shalat jenazah adalah memuji Allah. Takbir kedua bershalawat untuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. takbir ketiga doa untuk jenazah, dan takbir keempat salam.” (HR. Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushannaf).

Ketika berada di Makam Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

Abdullah bin Dinar mengatakan, “Saya melihat Abdullah bin Umar berdiri di dekat kuburan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian beliau bershalawat untuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, mendoakan Abu Bakr, dan Umar.” (HR. Malik dalam Al-Muwattha’ dan Baihaqi dalam As-Sunan Al-Kubro).

Ketika setelah usai membaca qunut, disyariatkan diakhiri dengan membaca shalawat

Dari Abdullah bin Harits, beliau mengatakan,“Bahwa Abu Halimah, Muadz bin Harits, membaca shalawat untuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika qunut.” (Fadhl As-Shalah ‘ala An-Nabi, Ismail bin Ishaq).

Ketika shalat Id

Shalawat ini dibaca di setiap takbir shalat id. Dari Alqamah, beliau mengatakan, Beberapa sahabat, diantaranya Ibnu Mas’ud, Abu Musa Al-Asy’ari, dan Hudzaifah didatangi oleh Al-Wald bin Uqbah (penguasa setempat ketika itu) sehari sebelum shalat hari raya. Al-Walid bertanya, “Hari id sudah dekat, bagaimana cara takbir di dalamnya.” Abdullah bin Mas’ud mengatakan, “Anda awali dengan takbiratul ihram sebagai pembuka shalat, anda puji Allah dan membaca shalawat untuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian berdoa. Lalu bertakbir lagi, dan anda lakukan seperti di atas…dst” Hudzaifah dan Abu Musa menguatkan, “Ibnu Masud benar.” (HR. Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushannaf).

Ketika meninggalkan majlis

Pada saat anda meninggalkan majlis perbincangan anda, bacalah shalawat. Dari Utsman bin Umar, beliau mengatakan, Aku mendengar Sufyan bin Said berkali-kali sampai tidak bisa kuhitung, setiap beliau hendak meninggalkan majlis, beliau membaca: “Semoga shalawat Allah dan para malaikatnya tercurah untuk Muhammad dan kepada para nabi Allah dan malaikatnya.”



Sumber: konsultasi syariah

Selasa, 04 Oktober 2016

Peganglah Nasehat Ini Niscaya Kamu Selamat

nasehat

Sesungguhnya jalan keselamatan hanyalah satu, yaitu jalan Allah yang lurus. Yang telah Allah sebutkan dalam firman-Nya:

"Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya." (QS. Al-An'am : 153).

Baca juga : Perilaku Dan Akhlak Jahiliyah Yang di Tentang Rasulullah bag 4

Telah dinukil dari sebuah hadits shahih bahwa suatu ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menarik sebuah garis lurus, lalu menarik garis-garis ke kanan dan ke kiri dari garis yang lurus itu. Kemudian beliau bersabda:

"Inilah (garis lurus) jalan Allah, sementara garis-garis ke kanan dan ke kiri itu adalah jalan-jalan setan" , kemudian beliau membaca ayat: "Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu menceraiberaikan kamu dari jalan-Nya." (HR. Ahmad dan Ad-Darimi).

Sebagian ulama mencontohkannya dengan pelepah kurma yang menjulur hingga ke tanah. Sekiranya seekor serangga merayap naik melalui batangnya, niscaya ia akan sampai ke atas dan dapat menikmati buah kurma yang diinginkannya, artinya ia telah selamat sampai ke tujuan. Lain ceritanya jika ia naik melalui pelepah daun kurma yang menjulur ke kanan dan ke kiri itu, baru saja ia mencoba merayap naik pasti sudah terjatuh. Batang itulah jalan Allah, sementara pelepah daun kurma itu adalah jalan-jalan setan. Jalan Allah yang merupakan shiratul mustaqim sangat jelas terlihat.

Sekarang ini kita berada pada zaman serba asing, sebagaimana yang disebutkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam se-buah hadits: "Dienul Islam itu pada mulanya asing dan akan kembali menjadi asing sebagaimana pada awalnya, maka Thuubaa (kebahagian/Surga bernama thuu-baa) bagi para ghuraba'." (HR. Muslim).

Baca juga : Merekalah Para Pembawa dan Penjaga Agama Islam

Ada beberapa riwayat lainnya yang menjelaskan pengertian ghuraba' sebagai berikut:

"Mereka adalah orang-orang yang memelihara agamanya dari fitnah-fitnah." Setiap kali fitnah datang menimpa harta, diri dan agamanya, ia akan menjauh menyelamatkan diri. Hingga agamanya tetap terjaga. Sebagaimana disebutkan Rasu-lullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam sebuah hadits: "Pada akhir zaman nanti sebaik-baik harta kalian adalah kambing-kambing yang digembalakannya di puncak-puncak bukit dan tempat-tempat penggembalaan, menjauhkan diri dari fitnah-fitnah demi menjaga agamanya."

Orang-orang yang menjaga nilai-nilai agamanya merekalah yang disebut ghuraba', dan merekalah yang mendapat doa dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: "Berbahagialah para ghuraba'!" Seorang muslim hanya selamat dengan memegang teguh nilai-nilai agamanya, ia harus mendahulukannya daripada yang lain. Seperti yang disebutkan dalam hadits:

"Apabila datang cobaan/fitnah menimpamu, maka korbankan hartamu. Jika tidak dapat diatasi dengan harta, maka korbankanlah dirimu. Jangan sekali-kali kamu korbankan agamamu!"

Camkanlah nasihat tersebut. Kita memohon kepada Allah semoga Dia mengajarkan kita ilmu yang bermanfaat, dan menjadikan kita orang-orang yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik diantaranya. Kita berlindung kepada-Nya dari ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang tidak khusyu', doa yang tidak dikabulkan. Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala menunjukkan kebenaran kepada kita dan memberikan kekuatan bagi kita untuk mengikuti-nya. Dan menampakkan kebatilan kepada kita serta memberikan petunjuk kepada kita untuk menjauhinya. Tidak menjadikannya samar sehingga kita tersesat.

Kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala  semoga Dia mengokohkan agama ini yang merupakan pelindung segala urusan kita, dan menghindarkan kita dari fitnah-fitnah yang nyata maupun terselebung. Sesungguhnya Dia Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. Shalawat dan salam semoga tercurah atas junjungan kita Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, atas keluarga dan segenap sahabat Beliau.