Selasa, 15 November 2016

27 Dampak Negatif Perbuatan Zina

zina

Zina merupakan perbuatan yang sangat buruk dan tercela. Allah Azza wa jalla berfirman :
"Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk. (al-Isra’ : 32).

Dalam ayat lain, Allah 'Azza wa jalla berfirman :
"Dan orang-orang yang tidak menyembah ilah yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barangsiapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya), (yakni) akan dilipatgandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina." (al-Furqan : 68-69).

Dalam ayat ini, Allah Azza wa jalla menyebutkan perbuatan zina setelah perbuatan syirik dan setelah pembunuhan terhadap jiwa yang diharamkan Allah 'Azza wa jalla. Ini menunjukkan betapa perbuatan zina itu sangatlah buruk.

Dalam ayat lain, Allah Azza wa jalla menyebutkan sanksi bagi pelaku perbuatan nista ini. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
"Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kamu kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akherat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan dari orang-orang yang beriman." (an-Nur : 2).

Para ulama mengatakan : “ini sanksi bagi perempuan dan lelaki yang berzina apabila keduanya belum menikah. Sedangkan bila telah bersuami atau pernah menikah maka keduanya dirajam (dilempari) dengan batu hingga mati.

Zina yang terburuk adalah menzinahi ibunya sendiri, putrinya, saudari atau mahramnya yang lain. Dalam hadits dinyatakan: "Siapa yang menzinahi mahramnya maka bunuhlah! (HR . al-Hakim dan beliau shahihkan).

Zina berisi seluruh kejelekan diantaranya:

1. Zina mengurangi agama seseorang.
2. Zina menghilangkan sifat wara’.
3. Zina merusak kehormatan dan harga diri.
4. Zina mengurangi sifat cemburu.
5. Pezina mendapatkan murka Allah Azza wa jalla.
6. Zina menghitamkan wajah dan menjadikannya gelap.
7. Zina menggelapkan hati dan menghilang cahayanya.
8. Zina mengakibatkan kefakiran yang terus menerus.
9. Zina menghilangkan kesucian pelakunya dan menjatuh nilainya dihadapan Rabbnya dan dihadapan manusia.
10. Zina mencopot sifat dan julukan terpuji seperti ‘iffah, baik, adil, amanah dari pelakunya serta menyematkan sifat cela seperti fajir, pengkhianat, fasiq dan pezina.
11. Pezina menyeburkan diri pada adzab di sebuah tungku api neraka yang bagian atasnya sempit dan bawahnya luas. Sebuah tempat yang pernah disaksikan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menyiksa para pezina. [HR al-Bukhari dalam shahihnya dari sahabat Samurah bin Jundab Radhiyallahu anhu].
12. Zina menghilangkan nama baik dan menggantinya dengan al khabits, sebuah gelar yang sematkan buat para pezina.
13. Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kegelisahan hati buat para pezina.
14. Zina menghilangkan kewibawaan. Wibawanya akan di cabut dari hati keluarga, teman-temannya dan yang lain.
15. Manusia memandangnya sebagai pengkhianat. Tidak ada seorangpun yang bisa mempercayainya mengurusi anak dan istrinya.
16. Allah Azza wa jallamemberikan rasa sumpek dan susah dihati pezina.
17. Pezina telah menghilangkan kesempatan dirinya untuk mendapatkan kenikmatan bersama bidadari di tempat tinggal indah di syurga.
18. Perbuatan zina mendorong pelakunya berani durhaka kepada kedua orang tua, memutus kekerabatan, bisnis haram, menzhalimi orang lain dan menelantarkan istri dan keluarga.
19. Perbuatan zina dikelilingi oleh perbuatan maksiat lainnya. Jadi perbuatan nista ini tidak akan terealisasi kecuali dengan didahului, dibarengi dan diiringi beragam maksiat lainnya. Perbuatan keji menyebabkan keburukan dunia dan akherat.
20. Pelaku zina wajib diberi sanksi; pezina yang belum menikah didera seratus kali dan diasingkan selama setahun dari daerahnya sedangkan pelaku yang pernah menikah atau masih berkeluarga dirajam (dilempari) batu sampai mati.
21. Zina merusak nasab.
22. Zina menghancurkan kehormatan dan harga diri orang.
23. Zina menyebabkan tersebarnya waba penyakit berbahaya, tha’un (lepra) dan tersebarnya penyakit kelamin yang umumnya sulit diobati, minimal penyakit syphilis.
24. Perbuatan zina membuka peluang bagi keluarganya untuk terjerumus dalam perbuatan serupa. Dalam pepatah dikatakan :"Engkau akan dibalas sesuai dengan perbuatanmu".
25. Zina menyebab balasan amalan shalihnya hilang sehingga ia bangkrut pada hari kiamat.
26. Dihari kiamat pelaku zina akan dihadapkan pada orang yang istrinya dizinai untuk diambil pahala kebaikannya sesuka sang suami sehingga tidak tersisa kebaikan sedikitpun.
27. Anggota tubuh seperti tangan, kaki, kulit, telinga, mata dan lisan akan memberikan persaksian yang menyakitkan.

Itulah diantara sekian banyak efek negatif dari perbuatan zina. Semua ini memberikan gambaran betapa buruk dampak perbuatan nista ini dan alangkah rendah moralitas pelakunya. Efek negatif perbuatan tak senonoh ini tidak hanya akan dirasakan oleh si pelaku tapi juga oleh sang anak yang tidak tahu-menahu. semoga Allah Azza wa jalla melindungi kita dan seluruh kaum muslimin dari perbuatan keji ini.

Sumber: almanhaj dengan sedikit pengurangan

Minggu, 13 November 2016

Pembatal-Pembatal Keislaman, No 6 Yang Sering Dilakukan

Pembatal-Pembatal Keislaman

Ketahuilah bahwa termasuk pembatal keislaman terbesar ada 10 yaitu:

Pertama
Syirik dalam beribadah kepada-Nya. Dalilnya adalah firman-Nya: “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik dan mengampuni dosa di bawahnya bagi siapa yang dikehendaki-Nya?” (QS. An-Nisa : 48).

Di antara syirik adalah menyembelih untuk selain Allah seperti orang yang menyembelih untuk jin atau orang mati.

Kedua
Siapa menjadikan perantara-perantara antara dirinya dengan Allah di mana dia berdoa kepada mereka, meminta syafa'at kepada mereka, dan bertawakkal kepada mereka, maka dia kafir berdasarkan ijma’.

Ketiga
Siapa yang tidak mengkafirkan orang-orang musyrik, ragu akan kekafiran mereka, atau membenarkan keyakinan mereka, maka dia kafir berdasarkan ijma’.

Keempat
Siapa yang meyakini bahwa selain petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih sempurna daripada petunjuk beliau, atau selain hukum beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih baik daripada hukum beliau seperti orang-orang yang lebih mendahulukan hukum thaghut daripada hukum beliau, maka dia kafir.

Kelima
Siapa membenci apa pun dari apa yang dibawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meskipun mengerjakannya, maka ia kafir. Dalilnya adalah firman-Nya: “Demikian itu karena mereka membenci apa yang Allah turunkan sehingga Dia menghapus amal kebaikannya.” (QS. Muhammad : 9).

Keenam
Siapa yang mengolok-olok apa pun dari agama Allah, atau pahala-Nya, atau siksa-Nya adalah kafir. Dalilnya adalah firman-Nya: “Katakanlah: apakah terhadap Allah, ayat-ayat-Nya, dan Rasul-Nya kalian mengolok-ngolok. Tidak perlu meminta maaf karena sungguh kalian telah kafir setelah kalian beriman.” (QS. At-Taubah : 65-66).

Ketujuh
Sihir misalnya sharf dan ‘athf. Siapa yang melakukannya atau ridha terhadapnya maka kafir. Dalilnya adalah firman-Nya: “Keduanya tidak mengajari seorangpun kecuali mengatakan: kami hanyalah fitnah maka janganlah kamu kafir.” (QS. Al-Baqarah : 102).

Kedelapan
Menolong orang-orang musyrik dan membantu mereka dalam melawan kaum muslimin. Dalilnya adalah firman-Nya: “Siapa dari kalian yang berloyal kepada mereka maka ia bagian dari mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zhalim.” (QS. Al-Ma`idah : 51).

Kesembilan
Siapa yang meyakini bahwa sebagian manusia tidak wajib mengikuti Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan ia boleh keluar dari syariat beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana Khidhir keluar dari syariat Musa ‘alaihissalam, maka ia kafir.

Kesepuluh
Berpaling dari agama Allah dengan tidak mempelajarinya atau mengamalkannya. Dalilnya firman-Nya: “Dan siapakah yang lebih zhalim daripada seseorang yang dibacakan kepadanya ayat-ayat Rabb-nya lalu dia berpaling darinya. Sesungguhnya Kami akan menghukum orang-orang pendosa.” (QS. As-Sajdah : 22)

Tidak ada perbedaan dalam pembatal-pembatal ini antara orang yang bercanda, serius, atau takut kecuali orang yang dipaksa. Semua pembatal ini termasuk perkara besar yang perlu diwaspadai dan termasuk perkara yang sering terjadi. Wajib bagi setiap muslim untuk mewaspadainya dan takut menimpa dirinya. Kita berlindung kepada Allah dari mendapatkan kemurkaan-Nya dan pedihnya siksa-Nya.

Sumber : Penjelasan Tentang Pembatal Keislaman

Senin, 07 November 2016

Gantungkan Cita-Citamu Setinggi Langit

cita-cita

Abul Faraj Ibnul Jauzi rahimahullah ketika menerangkan ucapan Abu Thayyib Al-Mutanabbi mengatakan: "Aku tidak menganggap aib-aib manusia sebagai kekurangan, seperti kurangnya orang-orang yang mampu mencapai kesempurnaan."

Beliau rahimahullah berkata: "Seyogianya orang yang berakal berusah menyempurnakan dirinya sampai pada batas maksimal yang ia mampu. Seandainya digambarkan kepada anak Adam dirinya dapat naik ke atas langit, sungguh aku memandang kerelaanya tinggal di bumi ini merupakan seburuk-buruknya kekurangan. Jika saja kenabian dapat diperoleh dengan usaha yang sungguh-sungguh, niscaya aku memandang orang-orang yang meninggalkan upaya dalam mendapatkannya berada pada puncak kerendahan. Perjalanan hidup yang baik, menurut para ahli hikmah, adalah keluarnya suatu jiwa menuju puncak kesempurnaan yang mungkin dalam keilmuan dan amalan."

Beliau berkata: "Secara ringkas, tidaklah ia tinggalkan satu keutamaan pun yang mungkin untuk dia raih melainkan ia berusaha mendapatkannya. Karena sesungguhnya merasa cukup (dalam hal ini, pen.) adalah kondisi orang-orang yang rendah. Maka jadilah dirimu seorang yang kedua kakinya berpijak di atas tanah, akan tetapi cita-citanya berada pada bintang Tsurayya.

Jika engkau mampu untuk melampaui seluruh ulama dan orang-orang yang zuhud, maka lakukanlah. Karena sesungguhnya mereka adalah lelaki dan engkau pun juga lelaki, dan tidaklah pemalas itu bermalas-malasan melainkan karena rendahnya keinginan dan hinanya cita-citanya.

Ketahuilah, sungguh engkau berada pada medan pertempuran, sedangkan waktu itu akan berlalu dengan cepat. Maka janganlah engkau kekal dalam kemalasan. Tidaklah sesuatu itu dapat terluput melainkan karena kemalasan, dan tidaklah seseorang dapat meraih apa yang dicapainya melainkan karena kesungguhan dan tekadnya yang bulat."

(Awa'iquth Thalab hal. 51-52)

Sumber: Majalah Asy Syari'ah

Inilah Pangkal Segala Keburukan


Al-Imam Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah mengatakan:
"Empat perkara yang jika ada pada diri seseorang niscaya Allah Subhanahu wa Ta'ala akan menjaganya dari setan dan mengharamkannya dari api neraka, yaitu siapa saja yang bisa menguasai diri tatkala didera oleh keinginan, rasa takut, nafsu, syahwat, dan kemarahan."

Al-Hafidz Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah menerangkan:
Keempat perkara yang disebutkan oleh Al-Hasan Al-Bashri ini merupakan pangkal dari segala macam keburukan. Karena, keinginan terhadap sesuatu ialah kecenderungan jiwa kepadanya dengan sebab meyakini kemanfaatannya. Sehingga jika seseorang tengah berkeinginan terhadap sesuatu niscaya akan terbawa untuk berusaha mendapatkannya dengan berbagai cara yang dia yakini akan bisa menyampaikannya. Terkadang mayoritas cara-cara tersebut adalah cara-cara yang diharamkan, atau bisa jadi sesuatu yang dia ingini itu sendiri merupakan perkara yang haram.

Sedangkan (definisi) takut adalah kekhawatiran terhadap sesuatu. Apabila seseorang merasa takut terhadap sesuatu niscaya akan melakukan sebab-sebab (faktor-faktor) yang akan menolaknya dengan berbagai cara/jalan yang diyakini akan dapat menolaknya. Adakala kebanyakan dari jalanjalan tersebut adalah perkara-perkara yang diharamkan.

Syahwat adalah kecondongan jiwa pada hal-hal yang mencocokinya di mana jiwa itu merasakan kelezatan/kenyamanan dengannya. Mayoritasnya, jiwa itu cenderung kepada keharaman-keharaman seperti zina, mencuri, minum khamr, condong kepada kekafiran, sihir, kemunafikan, dan kebid'ahan-kebid'ahan.

Sedangkan kemarahan ialah mendidihnya darah di qalbu guna mencegah hal-hal yang menyakitinya tatkala mengkhawatirkan bakal terjadinya suatu peristiwa, atau dalam upaya membalas dendam kepada pihak yang telah menyakitinya sesudah terjadinya peristiwa tersebut. Sehingga muncullah dari semua itu tindakan-tindakan yang haram, seperti pembunuhan, pemukulan, berbagai bentuk kezaliman dan permusuhan. Muncul pula darinya berbagai macam ucapan keji yang bisa saja naik ke derajat kekafiran sebagaimana yang terjadi pada diri Jabalah bin Al-Aiham. Demikian pula sumpah-sumpah yang tidak diperbolehkan secara syariat dan atau sampai mengucapkan kalimat talak (cerai) kepada istri yang kemudian berakhir dengan penyesalan.

(Jami'ul 'Ulum wal Hikam hal. 379-380)

Sumber: Majalah Asy Syari'ah

Wasiat Seorang Ayah Kepada Putranya

ayah dan anak

Al-Imam Ja'far Ash-Shadiq rahimahullah berwasiat kepada putranya, Musa. Beliau rahimahullah berkata:

Wahai anakku…. barangsiapa merasa cukup dengan apa yang menjadi bagiannya maka dia akan menjadi kaya dan barangsiapa memanjangkan pandangannya kepada apa yang ada di tangan orang lain niscaya dia akan mati dalam keadaan miskin.

Barangsiapa yang tidak ridha dengan apa yang diberikan untuknya berarti telah mencacati Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam ketetapan takdir-Nya.

Barangsiapa menganggap kecil ketergelinciran orang lain maka menjadi besarlah ketergelinciran dirinya.

Baca juga : Mengejutkan, Wedang Jahe Minuman Surga?

Barangsiapa menyibak tabir (aib) orang lain maka akan tersibak pula aurat (aib)nya.
Barangsiapa menghunuskan pedang pemberontakan maka akan terbunuh karenanya.
Barangsiapa menggali sumur (lubang) bagi saudaranya maka Allah Subhanahu wa Ta'ala akan menjerumuskan dirinya ke dalamnya.

Barangsiapa masuk (bercampur) dengan orang-orang bodoh niscaya akan terhina.
Dan barangsiapa bergaul dengan para ulama maka dia akan dimuliakan dengannya.
Barangsiapa memasuki tempat-tempat kejelekan maka dia akan tertuduh (dengan kejelekan pula,pen).

Wahai anakku…. waspadalah, jangan sampai engkau menganggap remeh orang lain, sehingga engkau pun menjadi hina karenanya.

Waspadalah…. Jangan engkau menggeluti perkara-perkara yang tidak bermanfaat bagi dirimu, sehingga engkau pun menjadi hina karenanya.

Wahai anakku…. katakanlah yang haq (benar) dalam keadaan menguntungkan ataupun
merugikanmu niscaya engkau memiliki kedudukan tersendiri di antara teman-temanmu.

Jadilah engkau seorang yang gemar membaca dan mengikuti Al-Qur'an, seorang yang gigih menyebarkan agama Islam, seorang yang selalu memerintahkan kepada kebaikan dan melarang dari kemungkaran, seorang yang menyambung tali persaudaraan dengan orang yang memutus hubungan rahim denganmu. Jadilah engkau sebagai orang yang selalu memulai dalam menyapa orang-orang yang mendiamkanmu dan memberi kepada orang yang meminta kepadamu.

Baca juga : Bahaya, Jangan Bersumpah Dengan Nama Ini

Wahai anakku…. jauhilah namimah (perbuatan mengadu domba). Sungguh namimah itu akan menanamkan permusuhan di dalam hati-hati (manusia). Dan hati-hatilah dari membongkar aib manusia. Karena kedudukan seseorang yang membongkar aib-aib manusia berada pada posisi sasaran bidik (sewaktu-waktu akan balik dibongkar aibnya, pen.). Apabila engkau mencari kebaikan maka wajib bagimu mengambil dari sumbernya. Sesungguhnya kebaikan itu memiliki asal dan pada asal itu terdapat pokok-pokok dan pada pokok-pokok itu terdapat cabang-cabang, dan pada cabangcabang itu terdapat buah, serta tidaklah buah itu menjadi matang (dengan baik) kecuali pada tangkainya, dan tidaklah ada tangkainya kecuali ada pokoknya dan tidak ada pokok melainkan dengan adanya asal (bibit) yang baik.

Kunjungilah orang-orang yang baik dan jangan mengunjungi orang-orang yang jelek (jahat). Karena orang-orang yang jelek itu ibarat gurun pasir yang tidak dapat memancarkan air, atau ibarat pohon yang tidak menghijau daunnya, atau ibarat tanah yang tidak dapat menumbuhkan rerumputan.

(Al-Imam Ja'far Ash-Shadiq, hal. 27-29, karya Fadhilatusy Syaikh Shalih bin Abdillah Ad-Darwis, hakim pada Mahkamah Al-Kubra di Qathif)

Sumber: Majalah Asy Syari'ah

Jumat, 04 November 2016

Hilangnya Ikhlas Sebagai Sebab Tertolaknya Amal Ibadah

ikhlas

Sebagaimana diketahui bahwa salah satu syarat diterimanya amal perbuatan seorang hamba adalah adanya keikhlasan dalam dirinya. Banyak dalil yang menunjukan hal tersebut baik dalam Al Qur'an maupun As Sunnah. Namun disini, saya hanya akan menukil sebuah riwayat dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

Sesungguhnya orang yang paling pertama akan diadili pada hari kiamat adalah seorang lelaki yang mati syahid maka Allah-pun memperkenalkan nikamat-Nya kepadanya dan diapun mengetahuinya. Allah bertanya: Apakah yang engkau perbuat untuk mendapatkan nikamat tersebut?. Maka lelaki tersebut menjawab: Aku telah berperang dalam rangka menegakkan kalimat-Mu sampai mati syahid. Dia membantah lelaki tersebut: “Engkau telah berdusta, akan tetapi engkau berperang agar dikatakan sebagai seorang pemberani, dan itu telah dikatakan kepadamu. Kemudian diperintahkan untuk diseret di atas wajahnya sehingga dicampakkan ke dalam api neraka.

Kemudian seorang lelaki yang menuntut ilmu dan mengajarkannya serta membaca Al-Qur’an. Maka diapun didatangkan menghadap Allah untuk memperlihatkan nikamtnya sehingga diapun mengetahuinya. Allah bertanya: Apakah yang telah engkau perbuat untuk meraih kenikmatan tersebut?. Lelaki tersebut menjawab: “Aku belajar ilmu agama dan mengajarkannya serta membaca Al-Qur’an semata karena diri-Mu. Allah membantah: Engkau telah berdusta, sesungguhnya engkau menimba ilmu agar dikatakan orang yang alim dan membaca Al-Qur’an  agar orang memujimu sebagai  orang pandai membaca, dan itu telah dikatakan bagimu, maka diperintahkanlah malaikat menggeretnya di atas wajahnya sehingga dilemparkan ke dalam api neraka.

Dan seorang lelaki yang diluaskan rizkinya oleh Allah dan diberikan baginya bermacam-macam harta. Maka dia dihadapkan kepada Allah dan Dia memperkenalkan baginya nikmat-nikamatnya. Lalu Allah bertanya kepadanya: Apakah yang telah kamu kerjakan untuk mendapatkannya?. Dia menjawab: Tidaklah satu jalanpun yang engkau senangi untuk diinfaqkan harta padanya kecuali aku menginfaqkan harta padanya karena diriMu”. Allah membantahnya: “Engkau telah berdusta, akan tetapi engkau mengerjakan perbuatan tersebut agar dikatakan sebagai orang yang dermawan dan hal tersebut telah dikatakan bagimu”. Kemudian dirinya digeret di atas wajahnya kemudian dicampakkan ke dalam api neraka. Lalu pada saat hadits ini sampai kepada Mu’awiyah maka diapun menangis dengan sejadi-jadinya, lalu pada saat dia telah sadar dia berkata:  Maha benar dan Rasul-Nya.

Riwayat diatas menunjukan pada kita tentang pentingnya ikhlas ketika kita beramal. Sebab jika amalan yang kita lakukan dicampuri dengan riya' atau sum'ah, maka hancurlah amalan kita dan tidak akan diterima oleh Allah subhanahu wata'ala. Bahkan kita diancam dengan adzab neraka yang pedih sebagimana riwayat diatas.

Oleh karena itu hendaknya kita berusaha agar setiap amalan yang kita lakukan didasari atas keikhlasan dan mengharap ridha dari Allah subhanahu wata'ala. Serta berdoa memohon kepada Allah agar setiap amalan kita diterima oleh-Nya.

Kamis, 03 November 2016

Wajibnya Merapatkan, Meluruskan dan Menyempurnakan Shaf Shalat

shaf shalat

Kadang saya merasa miris saat mendapati shaf shalat yang kurang rapi, bengkak-bengkok, dan tidak rapat serta sangat longgar. Padahal Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyuruh kita agar meluruskan, merapatkan dan menyempurnakan shaf shalat kita. Hal inilah yang melatar belakangi saya menulis tulisan ini. Semoga tulisan yang sedikit ini bermanfaat bagi saudaraku sekalian.

Sesungguhnya terdapat begitu banyak hadits yang menganjurkan kita untuk meluruskan, merapatkan dan menyempurnakan shaf. Diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Dari An Nu’man bin Basyir radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,“Sungguh luruskanlah shaf kalian, atau (jika tidak) Allah akan benar-benar menimbulkan perselisihan di antara wajah-wajah kalian.” [HR Al Bukhari (177) dan Muslim (436)].

Hadits ini mengandung perintah yang sangat tegas bagi kita untuk meluruskan shaf , dan ancaman yang sangat keras bagi yang tidak melakukannya. Imam An Nawawi rahimahullah berkata: “Yang tampak (bagi kami) -wallahu a’lam- maknanya adalah: Allah akan menimbulkan permusuhan, kebencian, dan perselisihan hati di antara kalian.”

2. “Shalat telah ditegakkan (iqamah), lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menghadap kepada kami, lalu berkata: “Luruskan shaf-shaf kalian dan saling merapatlah kalian. Sesungguhnya aku dapat melihat kalian dari belakang punggungku.” [HR Al Bukhari (719) dari Anas bin Malik radhiyallahu'anhu].

Di dalam hadits ini terdapat perintah tambahan, yaitu perintah untuk saling merapatkan shaf.

3. “Luruskanlah shaf-shaf, sejajarkanlah pundak dengan pundak, isilah bagian yang masih renggang, bersikap lembutlah terhadap lengan teman-teman kalian (ketika mengatur shaf), dan jangan biarkan ada celah untuk (dimasuki oleh) syaithan. Barangsiapa yang menyambung shaf maka Allah akan menyambungnya (dengan rahmat-Nya), dan barangsiapa yang memutus shaf maka Allah akan memutuskannya (dari rahmat-Nya).” [HR Abu Dawud (666) Hadits shahih].

4. Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu dia berkata,“Dahulu (pada masa Nabi) salah seorang dari kami menempelkan pundaknya dengan pundak teman (di sebelah)nya dan tapak kakinya dengan tapak kaki teman (di sebelah)nya.” [HR Al Bukhari (725)].

5. Dari An Nu’man bin Basyir radhiallahu ‘anhu, dia berkata,"Saya melihat seseorang menempelkan pundaknya dengan pundak teman (di sebelah)nya, lututnya dengan lutut teman (di sebelah)nya, dan mata kakinya dengan mata kaki teman (di sebelah)nya." [HR Abu Dawud (662)].

Kedua hadits di atas, yaitu hadits Anas dan hadits An Nu’man radhiyallahu ‘anhuma, menerangkan kepada kita tentang cara merapatkan dan meluruskan shaf dengan benar.

6. “Tidakkah kalian bershaf sebagaimana para malaikat bershaf di sisi Rabb mereka?” Kami bertanya: “Wahai Rasulullah, bagaimanakah cara para malaikat bershaf di sisi Rabb mereka?” Nabi menjawab: “Mereka menyempurnakan shaf-shaf yang terdepan dan saling merapat di dalam shaf.” [HR Muslim (430)].

7. “Sempurnakankanlah shaf yang lebih depan, kemudian barulah yang setelahnya. Jika ada kekurangan (makmum), maka hendaklah pada shaf yang terakhir.” [HR Abu Dawud (671). Hadits shahih].

Hadits ini menerangkan bahwa shaf-shaf yang terdepan haruslah dipenuhkan dengan sempurna. Bila jumlah makmum yang belum mengatur barisan tinggal sedikit, maka hendaknya mereka membentuk barisan shaf di bagian paling belakang.

8. "Luruskan dan ratakan shaf-shaf kalian"(HR Abu Dawud).

9. "Luruskan shaf-shaf kalian, karena sesungguhnya lurusnya shaf termasuk kesempurnaan shalat."(HR Muslim).

Sebenarnya masih banyak lagi dalil lain yang menunjukan wajibnya meluruskan, merapatkan dan menyempurnakan shaf saat shalat berjama'ah. Namun sebagian orang merasa risih ketika ada orang yang berusaha merapatkan shaf. Bagi mereka yang penting shalat walaupun tidak terpenuhi adab-adab shalat berjama'ah.


Selasa, 01 November 2016

Ini Makna Godaan Setan dari Depan, Belakang, Kanan, dan Kiri

godaan setan

Setan tidak akan pernah berhenti untuk menggoda manusia sampai hari kiamat. Karena inilah misi hidup setan. Semenjak dikeluarkan dari surga, setan meminta waktu penangguhan pada Allah dan Allah mengabulkannya. Ini sesuai dengan dengan firman Allah.

“Turunlah kamu dari surga itu. Karena kamu menyombongkan diri di dalamnya. Maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina.” Iblis menjawab, “Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan.” Allah berfirman, “Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh,” (Qs. al-A’raf : 13-15).

Setelah diberi penangguhan itulah, setan berjanji akan menyesatkan seluruh anak Adam. Setan akan menggiring manusia ke dalam api neraka tanpa pernah berputus asa.

Iblis menjawab: “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus,” (Qs. al-A’raf : 16).

Setan juga berjanji, bahwa mereka akan berusaha semaksimal mungkin agar membawa manusia sebanyak-banyaknya ke dalam api neraka bagaimanapun caranya.

“Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat),” (Qs. al-A’raf : 17).

Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah apakah makna godaan setan dari arah depan, belakang, sebelah kanan, dan sebelah kiri dalam ayat ini? Mengapa setan tidak menyebutkan godaan dari arah atas?

Imam Ibnu Katsir Rahimahullahu Ta’ala menjelaskan ayat ini dengan mengutip pendapat dari sahabat mulia ‘Abdullah bin ‘Abbas Radhiyallahu ‘anhu. Sebagaimana dijelaskan dalam Tafsir al-Qur’an al-‘Azhiim, makna godaan setan dari arah depan ialah setan akan menjadikan manusia ragu terhadap kehidupan akhirat. Godaan dari arah belakang bermakna setan akan menjadikan manusia cinta kepada dunia.

Sebagaimana dikutip dari kisahhikmah.com, godaan dari sebelah kanan berarti setan akan menjadikan manusia samar-samar dalam urusan agama. Sedangkan bisikan dari arah kiri memiliki pengertian setan menjadikan manusia mencintai dan gandrung terhadap perbuatan sia-sia, maksiat, dan dosa.

Sementara itu, al-Hakam bin Abban menuturkan dari ‘Ikrimah dari sahabat mulia ‘Abdullah bin ‘Abbas, “Allah Ta’ala tidak berfirman ‘dari atas mereka’ karena rahmat itu diturunkan dari arah atas.”

Kita harus tahu bahwa setan tidak pernah menyerah untuk menyesatkan kita. Maka dari itu, sudah seharusnya kita terus menerus memohon perlindungan kepada Dzat Yang Maha Melindungi. Wallahu a'lam

Sumber : islampos.com