Jumat, 04 November 2016

Hilangnya Ikhlas Sebagai Sebab Tertolaknya Amal Ibadah

ikhlas

Sebagaimana diketahui bahwa salah satu syarat diterimanya amal perbuatan seorang hamba adalah adanya keikhlasan dalam dirinya. Banyak dalil yang menunjukan hal tersebut baik dalam Al Qur'an maupun As Sunnah. Namun disini, saya hanya akan menukil sebuah riwayat dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

Sesungguhnya orang yang paling pertama akan diadili pada hari kiamat adalah seorang lelaki yang mati syahid maka Allah-pun memperkenalkan nikamat-Nya kepadanya dan diapun mengetahuinya. Allah bertanya: Apakah yang engkau perbuat untuk mendapatkan nikamat tersebut?. Maka lelaki tersebut menjawab: Aku telah berperang dalam rangka menegakkan kalimat-Mu sampai mati syahid. Dia membantah lelaki tersebut: “Engkau telah berdusta, akan tetapi engkau berperang agar dikatakan sebagai seorang pemberani, dan itu telah dikatakan kepadamu. Kemudian diperintahkan untuk diseret di atas wajahnya sehingga dicampakkan ke dalam api neraka.

Kemudian seorang lelaki yang menuntut ilmu dan mengajarkannya serta membaca Al-Qur’an. Maka diapun didatangkan menghadap Allah untuk memperlihatkan nikamtnya sehingga diapun mengetahuinya. Allah bertanya: Apakah yang telah engkau perbuat untuk meraih kenikmatan tersebut?. Lelaki tersebut menjawab: “Aku belajar ilmu agama dan mengajarkannya serta membaca Al-Qur’an semata karena diri-Mu. Allah membantah: Engkau telah berdusta, sesungguhnya engkau menimba ilmu agar dikatakan orang yang alim dan membaca Al-Qur’an  agar orang memujimu sebagai  orang pandai membaca, dan itu telah dikatakan bagimu, maka diperintahkanlah malaikat menggeretnya di atas wajahnya sehingga dilemparkan ke dalam api neraka.

Dan seorang lelaki yang diluaskan rizkinya oleh Allah dan diberikan baginya bermacam-macam harta. Maka dia dihadapkan kepada Allah dan Dia memperkenalkan baginya nikmat-nikamatnya. Lalu Allah bertanya kepadanya: Apakah yang telah kamu kerjakan untuk mendapatkannya?. Dia menjawab: Tidaklah satu jalanpun yang engkau senangi untuk diinfaqkan harta padanya kecuali aku menginfaqkan harta padanya karena diriMu”. Allah membantahnya: “Engkau telah berdusta, akan tetapi engkau mengerjakan perbuatan tersebut agar dikatakan sebagai orang yang dermawan dan hal tersebut telah dikatakan bagimu”. Kemudian dirinya digeret di atas wajahnya kemudian dicampakkan ke dalam api neraka. Lalu pada saat hadits ini sampai kepada Mu’awiyah maka diapun menangis dengan sejadi-jadinya, lalu pada saat dia telah sadar dia berkata:  Maha benar dan Rasul-Nya.

Riwayat diatas menunjukan pada kita tentang pentingnya ikhlas ketika kita beramal. Sebab jika amalan yang kita lakukan dicampuri dengan riya' atau sum'ah, maka hancurlah amalan kita dan tidak akan diterima oleh Allah subhanahu wata'ala. Bahkan kita diancam dengan adzab neraka yang pedih sebagimana riwayat diatas.

Oleh karena itu hendaknya kita berusaha agar setiap amalan yang kita lakukan didasari atas keikhlasan dan mengharap ridha dari Allah subhanahu wata'ala. Serta berdoa memohon kepada Allah agar setiap amalan kita diterima oleh-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar