Minggu, 23 Oktober 2016

Istiqamah Sebab Keberhasilan di Dunia dan Keselamatan dari Azab Akhirat

istiqamah

Keburukan dan kemaksiatan bisa datang karena hati seseorang dalam keadaan lengah dari dzikir kepada Allah. Ibnul Qoyyim al-Jauziyah berkata, "Apabila hati seseorang itu lengah dari dzikir kepada Allah, maka setan dengan serta merta akan masuk ke dalam hati seseorang dan mempengaruhinya untuk berbuat keburukan. Masuknya setan ke dalam hati yang lengah ini, bahkan lebih cepat daripada masuknya angin ke dalam sebuah ruangan."

Oleh karena itu hati seorang mukmin harus senantiasa dijaga dari pengaruh setan ini. Yaitu, dengan senantiasa berada dalam sikap taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Upaya inilah yang disebut dengan Istiqamah.

Imam al-Qurtubi berkata, "Hati yang istiqamah adalah hati yang senantiasa lurus dalam ketaatan kepada Allah, baik berupa keyakinan, perkataan, maupun perbuatan." Lebih lanjut beliau mengatakan, "Hati yang istiqamah adalah jalan menuju keberhasilan di dunia dan keselamatan dari azab akhirat. Hati yang istiqamah akan membuat seseorang dekat dengan kebaikan, rezekinya akan dilapangkan dan akan jauh dari hawa nafsu dan syahwat. Dengan hati yang istiqamah, maka malaikat akan turun untuk memberikan keteguhan dan keamanan serta ketenangan dari ketakutan terhadap azab kubur. Hati yang istiqamah akan membuat amal diterima dan menghapus dosa."

Ada banyak cara untuk menggapai hati yang istiqamah ini. Di antaranya:

Pertama, meletakkan cinta kepada Allah di atas segala-galanya. Ini adalah persoalan yang tidak mudah dan butuh perjuangan keras. Karena, dalam kehidupan sehari-hari kita sering mengalami benturan antara kepentingan Allah dan kepentingan makhluk, entah itu kepentingan orang tua, guru, teman, saudara, atau yang lainnya. Apabila dalam kenyataanya kita lebih mendahulukan kepentingan makhluk, maka itu pertanda bahwa kita belum meletakkan cinta Allah di atas segala-galanya.

Kedua, membesarkan perintah dan larangan Allah. Membesarkan perintah dan larangan Allah harus dimulai dari membesarkan dan mengagungkan pemilik perintah dan larangan tersebut, yaitu Allah. Membesarkan perintah Allah di antaranya adalah dengan menjaga waktu salat, melakukannya dengan khusyu, memeriksa rukun dan kesempurnaannya serta melakukannya secara berjamaah.

Ketiga, senantiasa berzikir kepada Allah karena itulah perintah Allah dan Rasul-Nya sebagaimana yang disebutkan dalam hadis qudsi Allah berfirman, "Barangsiapa yang mengingat-Ku di dalam dirinya, maka Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Dan barang siapa yang mengingat-Ku dalam keramaian, maka Aku akan mengingat-Nya dalam keramaian yang lebih baik darinya." (HR Bukhari).

Keempat, Mempelajari kisah orang-orang saleh terdahulu. Hal ini diharapkan agar kita bisa mengambil pelajaran dari mereka. Bagaimana kesabaran mereka ketika menghadapi ujian yang berat, kejujuran mereka dalam bersikap, dan keteguhan mereka dalam mempertahankan keimanan. Sebagaimana firman Allah , " Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. al-Qur'an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. (QS. Yusuf : 111).

DR. Ahmad bin Yusuf al-Duraiwisy dalam bukunya al-Istiqamah menyebutkan beberapa rukun atau pondasi untuk membangun keistiqamahannya diantaranya keshalihan, keteguhan dalam sunnah dan jamaah, sikap pertengahan antara ekstrim dan menyepelekan, akhlak yang mulia, dan teman yang shalih.

Dalam kitab Haqiqatul iltizam-nya Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al Jibrien menambahkan beberapa hal yang diperhatikan untuk menjaga keistiqamahan diantaranya Berusaha mengamalkan Assunnah semampunya sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Dari Abdullah bin Amru bin Al Ash berkata : Rasulullah bersabda “Akan terjadi pada umatku apa yang terjadi pada bani Isra’il setapak demi setapak ,sampai kalau ada diantara mereka yang mendatangi ibunya dalam keadaan terbuka juga akan terjadi pada umatku seperti itu ,dan sesungguhnya bani Isra’il terpecah menjadi 72 golongan dan umatku akan terpecah menjadi 73 golongan semuanya di Neraka kecuali satu ,para sahabat bertanya :siapa mereka itu ya Rasulullah ? beliau menjawab“ siapa yang bisa seperti –Ku dan sahabat-Ku. [HR. At turmudzi no 2641 kitab Iman bab Iftiraqul ummah hadist ini punya syawahid yang banyak sebagaimana pada awal kitab AS-Syari’ah karangan Imam Al-Ajurriy).

Di samping itu seorang yang ingin tetap istiqamah harus banyak thalabul ilmu agar tidak terjebak kepada amaliyah yang tidak ada tuntunan syariahnya. Dari sinilah Imam Al-Bukhari menulis sebuah bab dalam kitabnya “Bab al’ilmu qabla alqaul wa’lamal” Juga berusaha menjauhi perbuatan maksiat atau hal yang tidak bermanfaat, Allah Azza wa Jalla berfirman,” Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah - Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengatahui. (QS. 3:135).

Yang dimaksud dengan al-ishrar (meneruskan perbuatan kejinya) dalam ayat diatas adalah “Seorang mengerjakan dosa kemudian menyepelekannya. (Syu’abul iman Imam Al Baihaqi no 7154).

Untuk menjaga keistiqamahan Syaikh Abu Mushab dalam kitabnya al- Ilmam fi Asbaab Dho’ fi al-Iltizam menyebutkan beberapa perbuatan yang bisa melemahkan keistiqamahan diantaranya lemahnya keikhlasan, kurangnya ilmu syar’i dan jauhnya dari ahli agama, futur, lemahnya muhasabah, sibuk dengan keluarga, al-Faudhawiyah (kesemrawutan), sibuk dengan aib orang lain, tidak menghargai waktu, bergaul dengan orang yang tidak baik, dan tidak mempunyai semangat dan harapan.

Akhirnya marilah senantiasa kita berdoa kepada Allah agar Dia memberikan kita
keistiqamahan hati di dalam agama-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar