Minggu, 11 September 2016

Dilarang Beralasan Dengan Takdir Untuk Bermaksiat Kepada Allah



Setiap muslim harus berkeyakinan bahwa segala kebaikan dan keburukan itu terjadi menurut takdir Allah ta'ala dan kehendak-Nya serta diketahui dengan ilmu-Nya.

Namun menjalankan perbuatan baik atau buruk itu, timbul atas pilihan hamba-Nya sendiri, sedang memperhatikan perintah dan larangan-Nya adalah wajib bagi seorang hamba.

Oleh karena itu ia tidak boleh berbuat maksiat dengan dalih bahwa yang demikian itu sudah ditakdirkan oleh Allah ta'ala. Allah ta'ala telah mengutus Rasul-rasul-Nya serta menurunkan kitab-kitab, agar Rasul-rasul itu menjelaskan jalan menuju kebahagiaan dan jalan menuju kesengsaraan.

Demikian pula Allah ta'ala telah memuliakan manusia dengan akal fikiran dan menerangkan kepadanya jalan yang sesat dan benar. Firman Allah ta'ala:

“Sesunggunya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus, ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir.” (QS. Al Insan : 3).

Oleh karena itu apabila meninggalkan shalat atau minum arak, ia berhak dihukum karena melanggar perintah/larangan Allah ta'ala dan pada saat itulah ia harus bertaubat dan menyesali perbuatan maksiatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar