Minggu, 28 Agustus 2016

Masalah ke-8: 
Mereka Berdalil Bahwa Apa Yang Diamalkan Kaum Dhu'afa Bukan Suatu Kebenaran

Dalil yang mereka gunakan untuk memfonis batilnya sesuatu (padahal itu kebenaran), bahwasannya tidak ada yang mengikutinya kecuali orang-orang dhuafa' (lemah). Sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta'ala,
" Mereka berkata, 'Apakah kami akan beriman kepadamu, padahal yang mengikuti kamu adalah orang- orang yang hina?." (Asy-Syu'ara': 111)
dan firman allah subhanahu wa ta'ala, " ...Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah Allah kepada mereka?..." (QS. Al-An'am : 53).
 
Maka Allah membantah (orang-orang jahiliyah) dengan firman-Nya, "...Bukankah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur kepada-Nya?" (QS. Al-An'am : 53).

Note :

Masalah ini merupakan kebalikan dari masalah sebelumnya, yaitu berdalil dengan kekuatan untuk menentukan seseorang berada diatas kebenaran. Dan didalam permasalahan ini, mereka berdalil dengan kelemahan. Menurut mereka orang-orang yang lemah itu tidak berada diatas kebenaran. Kalaulah mereka itu benar maka tidaklah mereka menjadi orang yang lemah.

Mereka tidak mengetahui bahwasanya kekuatan dan kelemahan itu berada di tangan Allah ta'ala. Terkadang orang yang lemah itu berada diatas kebenaran, padahal dia itu lemah. Dan terkadang juga orang yang kuat itu berada diatas kebatilan. Dan inilah ucapan kaum Nabi Nuh 'alaihissalam ketika mereka diseru mentauhidkan Allah. Mereka berkata,"Apakah kami akan beriman kepadamu, padahal yang mengikuti kamu adalah orang-orang yang hina." (QS. Asy Syu'ara' : 111)

Demikian pula keadaan kaum musyrikin dimasa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Mereka meremehkan orang-orang lemah dari kalangan orang yang telah beriman, seperti Bilal, Salman, Ammar bin yasir serta ayah dan ibunya, dan sahabat yang lain. Sampai-sampai mereka mengatakan,"Kami tidak akan duduk bersamamu (ya Muhammad), selama mereka itu berada di sisimu. Buatlah untuk kami sebuah majelis khusus bersamamu tanpa kehadiran mereka, sehingga kita bisa saling memahami."

Dan yang semisal dengan mereka saat ini ialah orang-orang yang mengatakan bahwa para ulama Ahlussunnah itu tidak memiliki akal dan pemikiran, cara pandang mereka itu sempit, sikap mereka kaku dan keras, serta perkataan-perkataan lain yang mereka lontarkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar